Lihat ke Halaman Asli

Desy Pangapuli

Be grateful and cheerful

Bocah Penjual Kue

Diperbarui: 7 Juni 2023   03:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://wow.tribunnews.com/

Ahhh...lama aku tak bercerita padamu diary.  Bukan tak ada, tapi karena tidak tahu darimana harus memulai.  Kepala ini terasa penuh.  Sementara hati terasa luluh tak berdaya.  Kenapa?  Entahlah, mungkin aku yang terlalu perasa, ataukah dunia yang semakin menggila karena berujung akhir.

Cerita bermula beberapa waktu lalu.  Saat kerap aku mendengar percakapan mbak-mbak di sebuah mall dekat rumahku.  "Ehhmm...tumben itu bocah tidak ada.  Padahal perut ini sudah mulai lapar.  Jangan-jangan sakit tuh anak."

Kepo, ingin aku bertanya siapa sih yang diceritakan mereka.  Bukan sekali dua kali percakapan ini aku dengar.  Yups.... maklumlah cukup sering aku datang ke mall ini mengirimkan paket untuk putriku yang berkuliah di luar kota.  Logikaku, pasti bocah yang dimaksud cukuplah akrab untuk mereka.

Hingga berjalannya waktu kemudian.  Siang itu ketika kembali aku berniat mengirimkan paket.  "Kuenya bu, enak-enak loh.  Ada yang asin, dan ada juga yang manis.  Dibeli bu, untuk teman minum teh.  Sekotak isi 3 harganya Rp 20,000.  Tapi kalau ambil 3 kotak cukup Rp 50,000 saja."  Katanya menjajakan dengan ramah sekali.

Terkesima aku, "Inikah anak yang sering diceritakan mbak-mbak beberapa waktu lalu?"  Tanyaku dalam hati.  "Bentar yah dek.  Aku mau kirim ini dulu.  Nanti aku kembali."  Kataku kepadanya, karena memang kotak paket yang kubawa lumayan berat.  Serta kebetulan aku menguber waktu agar paketku bisa terkirim di hari itu.

Singkat cerita, aku kembali tetapi anak itu entah di mana.  Mungkin dagangannya sudah habis, atau mungkin pergi menjajakan di tempat lain.

Berlalunya waktu akhirnya membawaku kembali bertemu bocah lelaki ini.  "Heii...kamu, kenapa waktu itu menghilang?  Aku tuh nyariin kamu loh setiap kali ke sini."  Kataku kemudian sambil menghampirinya. 

Senyumnya begitu polos.  Tidak hanya bibirnya, tetapi juga matanya sangatlah lugu.  "Heheh.....maaf, saya kira ibu bohong.  Saya kira ibu tidak kembali lagi.  Tadi saya kaget ketika ibu mengenali saya."  Katanya jujur sekali.

"Hahahah...enggaklah.  Tega banget kamu mengira saya pembohong."  Kataku balas bercanda agar dirinya tidak terpojok.  "Oiya, by the way kamu ini sekolah nggak sih.  Aku kepo boleh khan?"  Lanjutku kemudian.

"Sekolahlah ibu, kelas 4 SD.  Kalau tidak sekolah nggak bisa maju bu.  Kasihan nanti ibu saya di rumah siapa yang nyenengin.  Oiya, kue-kue enak ini buatan ibu saya loh.  Jadinya saya sekolah dulu, kemudian ambil kue buatan ibu untuk dijual.  Sebisanya sore saya harus segera pulang karena untuk membuat PR dan belajar, begitu kata ibu saya."  Ceritanya luwes dan dewasa sekali sambil merapikan dagangannya yang aku lihat tinggal beberapa kotak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline