Alkisah 8 tahun lalu ada pertanyaan menggelitik geli dari seorang menteri, "Internet cepat buat?" Meski sudah sudah lama berlalu, tetap saja pertanyaan ini tidak pernah hilang kelucuannya. Bahkan kini kita bisa belajar dari pertanyaan ini, bahwa untuk maju kita harus punya visi. Keluar dari zona nyaman dan berani menghadapi persaingan dunia. Salah satu keberanian ini adalah meratakan pembangunan infrastruktur digital.
Pandemi Covid-19 menjadi momentum percepatan digitalisasi Indonesia. Di mana untuk amanat ini, Kominfo telah merampungkan 4 pilar peta jalan digital Indonesia 2021-2024 yang terdiri infrastruktur digital, pemerintahan digital, ekonomi digital dan masyarakat digital.
Pembangunan infrastrutur digital inilah yang dilakukan hingga pelosok negeri, dari sektor hulu hingga hilir. Adapun langkah yang sudah dilakukan sbb:
Di sisi hulu:
- Penggelaran jaringan fiber optic sebagai tulang punggung konektivitas nasional, lebih dari 459.000 kilometer di darat dan laut.
- Memperkuat konektivitas di lapisan middle-mile melalui jaringan fiber-link, microwave link dan satelit.
- Pembangunan Base Transceiver Station (BTS) 4G di sekitar 9.113 titik lokasi wilayah terluar, terdepan
Di sisi hilir:
Pembangunan Pusat Data Nasional (PDN) atau government cloud di dua lokasi, yakni lokasi kesatu di kawasan Jakarta Bogor Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dan Pulau Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan lokasi kedua, yaitu di Ibukota Negara Baru (IKN) Nusantara dan di Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Akhirnya waktu membuktikan bahwa infrastruktur digital telah memberikan manfaat bagi bisnis dan konsumen, karena dapat membantu pelaku usaha menjadi lebih produktif dan meningkatkan akses mereka ke pasar. Artinya, konektivitas merupakan prasyarat transformasi digital untuk memperkuat kapasitas ekonomi nasional.
Di tengah keterpurukan ekonomi dunia, mungkin tidak mengira, bahwa percepatan transformasi digital, yang berlangsung selama pandemi nyatanya telah menjadi penopang pemulihan perekonomian nasional. Ini ditunjukkan dari bangkitnya sektor ekonomi digital yang menjadi salah satu kunci kekuatan ekonomi Indonesia.
Adapun pertumbuhan ini diraih karena beralihnya atau adopsi teknologi secara masif yang menopang sebagian besar kehidupan masyarakat ketika pandemi Covid-19, misalnya di sektor kesehatan, pendidikan dan ekonomi.
Salah satu perubahan yang terlihat adalah aktivitas belanja online keperluan dapur misalnya, menggantikan aktivitas belanja ke pasar tradisional yang ketika pandemi tidak disarankan. Kemudian, bimbingan belajar online pun bermunculan, selain juga berbagai aplikasi kesehatan yang menjadi jawaban kesehatan semasa pandemi.
Menurut Menkominfo, tahun 2020, ketika pandemi mulai menghantam dunia, sektor informatika dan komunikasi di Indonesia tumbuh positif mencapai 10,61% (c-to-c). Kemudian di tahun 2021, sektor ini kembali bertumbuh sebesar 6,81% (c-to-c).
Bahkan saat ini pertumbuhan perusahaan rintisan atau startup di tanah air semakin pesat. Indonesia tercatat sebagai 5 besar dengan startup terbesar di dunia, dan digitalisasi ekonomi di Indonesia telah melahirkan dua decacorn dan sembilan unicorn