Pemberian MPASI atau Makanan Pendamping ASI tidak hanya bicara soal nutrisi. Tetapi bagiku juga penting untuk memperhatikan variasi dan tekstur.
Adapun alasannya, karena aku menyakini dari makanan yang dikonsumsinya maka si kecil akan mengenal dan mengeksplor berbagai hal baru. Dimulai dari tektur, rasa, dan warna!
Teringat masa MPASI kedua buah hati. Galau sejuta rasa, apalagi ketika anak pertama. Khususnya dari pihak pasanganku, maka putriku adalah cucu pertama mereka. Terbayang serunya masukan ala mertuaku, dan salah satu yang aku ingat adalah pemberian hati ayam kampung di nyaris seluruh MPASI yang dikonsumsi putriku.
Sedangkan dari mama, aku diingatkan untuk memberikan kaldu dari ceker ayam. Menurut mama, ini akan membantu memperkuat kaki buah hatiku.
Katakanlah aku beruntung, karena baik mama dan dan mertua tidak ngotot memaksakan menu ala mereka. Sekalipun demikian, aku pribadi tidak bermasalah dengan masukan mereka. Keduanya aku terima dan divariasikan dengan ala diriku sendiri.
Pertanyaannya, kapan persisnya MPASI dimulai? Boleh tidak diberi garam atau gula? Seingatku, aku memulai ketika si kecil berusia 6 bulan.
Seingatku juga, tidak salah memberikan sedikit garam untuk memberi rasa. Tetapi, aku tidak pernah memberikan gula, karena aku memilih rasa manis yang ada berasal asli dari buah ataupun sayur yang diolah.
Demikian beberapa hal yang menjadi perhatianku ketika itu adalah:
- Tekstur, dengan memastikan lembut sehingga tidak menganggu pencernaan buah hati
- Rasa, dengan memadupadankan rasa buah ataupun sayuran yang berasa lezat.
- Warna, bagiku penting sekali memberikan tampilan dengan warna yang menarik
- Cara pengolahan, selain memastikan buah dan sayur sudah direbus matang, pastikan juga pengolahannya higienis.
- Diberikan secara bertahap, agar si kecil tidak kaget.
Pengalaman pribadiku cukup meriah, sebab kedua buah hatiku tidak bisa mengkonsumsi semisalnya bubur yang dibeli. Keduanya hanya mau dan lahap jika MPASI tersebut dibuat oleh diriku.
Wuihhh...kebayang repotnya diriku ketika suatu waktu harus bepergian ke luar kota. Maka semua perlengkapan perang aku bawa. Termasuk beras, panci kecil, blender dan kompor gas portable karena harus membuat bubur sendiri. Sekaligus memastikan ketersediaan hati ayam kampung dan cekernya.