Lihat ke Halaman Asli

Desy Pangapuli

Be grateful and cheerful

Antara Jakarta, Bali dan Sumatra Penuh Cerita

Diperbarui: 8 November 2021   05:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://infobrand.id/

Berlibur jarak jauh bukan hal baru bagi keluargaku.  Sedari kedua anak kami masih usia playgroup kecil, aku dan suami terbiasa membawa mereka berlibur jalan darat dengan kendaraan pribadi.  Alasan mendasar adalah murah meriah, hemat di ongkos.  Tetapi alasan paling utamanya agar lebih banyak yang bisa dilihat oleh kedua bocah kami.  Sehingga tercatat di dalam memori mereka hingga dewasa.  Memori Indonesia itu indah, dan memori kebersamaan dengan keluarga.

Jogyakarta menjadi kota pertama liburan jarak jauh kami.  Ngeri sedap sudah pasti sebab ketika itu jalan tol belumlah senyaman seperti sekarang.  Kedua anak kami pun masih bocah, masih minum susu di botol dan menggunakan pampers.  Lucunya, mereka juga ikut antusias membawa mainan untuk di perjalanan.

Tetapi parahnya ketika itu aku tidak bisa membawa mobil.   Sehingga otomatis hanya suami yang menyetir sepanjang perjalanan.  Artinya persiapan haruslah super matang.  Selain menemaninya berjaga dengan ngalor ngidul bercerita atau mendengar lagu favorit kami sambil ikutan bernyanyi.  Kopi dalam termos juga aku persiapkan untuk menahan kantuk suami.  Demikian juga camilan untuk mengganjal perut sepanjang perjalanan nanti.

Sedangkan untuk sebelum berangkat, suami sudah memastikan kondisi kendaraan, apakah layak untuk perjalanan jauh.  Kemudian juga mencari tahu rute dan lokasi rest area.  Sehingga kalaupun lelah, maka selalu kami putuskan untuk sejenak beristirahat di rest area sambil mengisi bahan bakar mobil.  Bahkan jujur, sering kali kami memilih bermalam di rest area menunggu matahari terbit.

Jogyakarta bukan kali pertama dan terakhir bagi keluarga kami berlibur jalan darat.  Masih banyak kali berikutnya kami membawa kedua buah hati kami mengunjungi Jogya, dan disusul dengan kota lainnya, Cirebon, Semarang, Kudus dan Surabaya.  Bukan sekali, tetapi beberapa kali untuk setiap kotanya.  Minimal di saat liburan kenaikan kelas, dan libur Natal.  Apalagi dengan keberadaan Trans Jawa kemudian, sehingga tidak terhitung entah sudah berapa kali kami mengunjungi Jawa.

Seiring waktu kedua bocah kami berangkat remaja.  Mereka pun terbiasa dengan perjalanan jauh yang kini terasa dekat.  Sehingga suamiku merasa tertantang untuk menyebrang pulau.  Hahah...penuh rahasia kejutan ini kami jaga, dan Bali menjadi kejutan penuh persiapan matang.

Dulu sebelum ada Trans Jawa kondisi belum senyaman sekarang.  Kami masih harus melewati sebagian tol dan sebagian jalan biasa, memilih antara Jalur Utara ataupun Selatan.  Sehingga waktu keberangkatan juga harus diperhitungkan agar kami tidak terjebak mobil truk besar dan kontainer yang biasanya banyak ditemui malam hari.  Termasuk juga menghindari terjebak pasar kaget jika harus melewati Brebes di dini hari.

Mengenai persiapan keberangkatan tidak jauh berbeda ketika anak-anak masih imut dengan ketika remaja.  Bahkan kali ini lebih beragam, karena remaja bisa lapar kapan saja.  Sehingga untuk mengatasinya, aku bersama anak-anak mempersiapkan nasi dan lauk pauk sederhana untuk dinikmati di jalan nanti.  Pilihan telor dadar, ikan teri sambal ataupun orek tempe selalu terasa nikmat selangit ketika dinikmati di saat perjalanan jauh bersama keluarga.

Sekedar informasi inilah garis besarnya yang dipersiapkan setiap kali melakukan perjalanan liburan dengan berkendaraan pribadi, yaitu:

  1. Pastikan kondisi kendaraan aman
  2. Perhitungkan waktu keberangkatan agar tidak terjebak kendaraan besar, semisal truk dan kontainer
  3. Berangkatlah dalam kondisi sehat
  4. Pelajari, dan persiapkan diri dengan peta rute perjalanan agar tidak salah arah petunjuk tol
  5. Pastikan saldo e-toll cukup
  6. Bekali diri dengan makanan dan minuman untuk di perjalanan
  7. Persiapkan power bank untuk gadget jika dibutuhkan

Singkat cerita, Bali pun bukan untuk sekali kami kunjungi.  Sejak keberadaan jalan tol, membuat semua menjadi jauh lebih aman dan nyaman, maka seingatku sudah 4 kali kami mengunjungi Bali dengan kendaraan pribadi.  Hebatnya, atas nama sayang keluarga maka suamiku the one and only yang menyetir kendaraan.  Namun, masih seperti dulu jika kantuk tidak tertahan, kami selalu memilih untuk tidur sejenak di rest area hingga matahari terbit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline