Lihat ke Halaman Asli

Desy Pangapuli

Be grateful and cheerful

Pembicaraan di Dapur

Diperbarui: 4 Oktober 2020   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.goodnewsfromindonesia.id/

Klontang...klontang...terdengar riuh suara di dapur seperti perang dunia dipercepat.   Sekilas terlihat ibu sibuk merapikan belanjaannya.  Ehhmm...sepertinya sih ramai banget nih belanjaan ibu kali ini.  Berdesakkan dalam tas belanja itu antara sayur, bumbu dapur, daging juga ikan.

"Aku rasa giliranku yang pertama dieksekusi.  Percaya aku, si Nana itu khan sudah ngebet mau makan ayam woku," sombong nggak ketulungan si daging ayam pamer diri.

Disahutilah si ayam dengan suara cabe kriting yang merah sumringah.  Kompak bersahutan dengan beberapa bumbu lainnya, jahe, lengkuas, sereh dan kemiri.  "Heheh...yoi yam (kepanjangan dari ayam), kita pasti duluan.  Nggak pake lama kedinginan di kulkas.  Hari ini kita berangkat," teriak mereka kompak dengan nada nyebelin sih sebenarnya.

"Bu...ibu..., jadi khan hari ini kita makan woku?  Aku tuh kangen banget woku ibu," teriak Nana keluar dari kamarnya menuju dapur.  "Oiya, bu, ini daun kemangi titipan ibu tadi.  Sudah aku siangin bu, lanjut Nana menyodorkan kemangi kepada ibu."

"Pretttlah...sombong banget kalian.  Lagian siapa juga yang mau berlama-lama tetanggaan dengan kalian di kulkas.  Dengerin ocehan kalian itu bikin dosa, jadi ikutan ngegerutu nggak jelas," timpal daging dan ikan cemberut.

"Cie..cie....kesel nih yee....  Maaf yah ikan, yang doyan kamu itu khan cuma ibu.  Nah, kalau kamu ging (menyebut daging), mana boleh makan daging sering-sering.  Bisa kolesterol tahu!' songongnya si ayam ngoceh terus nyebelin.

Ibunya si Nana pun terlihat memilih ayam dan beberapa bumbu untuk dieksekusi menjadi woku ayam favorit putrinya itu.  Ada jahe, lengkuas, kemiri, bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe rawit dan juga irisan sereh yang diblendernya halus.  Ayam pun sudah siap berlumur jeruk nipis agar tidak amis.

Sementara Nana terlihat antusias sekali.  Mulai berkhayal siang ini bakal makan enak, nambah 2 piring katanya.  Maklum nasib anak kos, mumpung weekend bisa pulang sebentar ke Jakarta makan masakan ibu.  "Duh..buruan dong ibu masaknya.  Ngapain sih pakai jeda terima telpon.  Aku tuh nggak sabar ibu," bawelnya Nana.  Tingkahnya itu loh seperti komandan saja nongkrongin ibunya.

"Sabar nduk, ini loh eyangmu telepon mau datang.  Eyangmu mau nginap, kangen kamu katanya.  Duh..untung kita masak woku, jadi eyangmu ikutan makan enak deh," sahut ibu dengan sabar.  Tangannya pun terlihat lincah memotong dan meracik bumbu.  Di saat bersamaan masih mengerjakan kerjaan lainnya.

Sementara ayam beserta rombongannya terlihat makin sombong kebelinger.  "Hei...hei...lihat kita betapa kerennya bakalan disajikan untuk eyangnya si Nana.  Eyang si Nana itu khan cerewet, kalau makan maunya milih.  Sukanya yang enak-enak, yah kayak kita ini.  Kita dianggap layak untuk disajikan," komentar ayam panjang lebar meninggikan dirinya.  Sementara bumbu lainnya sih tidak menjawab, tetapi senyum mereka menggembang bangga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline