Lihat ke Halaman Asli

Desy Pangapuli

Be grateful and cheerful

Perkedel Pertamaku

Diperbarui: 22 September 2020   01:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: koleksi pribadi

Mungkin artikel ini tidak penting-penting banget.  Tetapi untuk penulis ini penting banget, dan percayalah untuk mereka yang senasib dengan penulis pun akan menganggap ini penting.  Buktinya, mama penulis saja sempat meragukan, apa iya bisa?  Heheh...duh...ngomongin apa sih penulis?  Kok, ngebulet nggak karu-karuan.

Kilas balik ke masa lalu ketika berstatus mahasiwi di negeri orang, Melbourne tepatnya.  Pernah dalam salah satu artikel penulis mengatakan, bahwa salah satu yang bikin kangen Indonesia yah makanannya.  Selain sambal, perkedel menjadi makanan yang dirindukan penulis ketika itu.

Kerinduan nyaris terpenuhi ketika salah seorang sahabat penulis, Herry menyanggupi untuk membuat kroket. Lha, kok kroket?  Hahah...ini karena Herry kangen kroket!  Katanya, sudahlah kroket dan perkedel itu mirip-mirip, dari kentang juga keduanya.  Mau nggak aku bikinin?  Begitu ancaman Herry ketika itu.

Sekedar info saja, Herry ini mahasiswa Indonesia yang meski cowok tapi doyan masak.  Itu sebabnya, selama bersekolah disana nyambi bekerja jadi cook helper.  Kesaktiannya memasak tidak diragukan lagi deh.

Singkat cerita, disepakati acara masak memasak diadakan saat weekend di flat salah seorang sahabat kami.  Sedangkan perkakas dapur jadi tugasku.  Maklum, urusan dapur aku terbilang lengkap, bahkan cobek saja aku punya.  Ini semua karena kepepet kangen masakan Indonesia, membuat aku berjibaku mencoba masak. 

Eksekusipun dimulai, diawali dengan mengukus kentang dan melumatkannya.  Nah, urusan ini menjadi bagianku.  Menurut Herry, karena aku yang kebelet mau perkedel yang diplesetin jadi kroket sekarang.  Maka porsi kerjaku harus lebih banyak.  Sedangkan sahabatku, Reiko si pemilik flat hanya kebagian cuci doang.  Hikss...agak curang, tapi demi rinduku masakan Indonesia, saat itu patuh saja.

Wokeh, semua terlihat berjalan sempurna.  Tinggal eksekusi menggoreng kroketnya.  Abrakadabra....wala...byarr...kentangnya bubar jalan pecah tak berbentuk!  Ngakak kami bertiga, setelah sebelumnya terpana melihat serpihan kecil kentang mengapung diatas minyak panas.

Dibuang?  Heheh..enggak dong.  Nyadar betul ini bukan kroket, dan apalagi perkedel, dengan sukacita kami menikmatinya.  Ditemani teh panas di dinginnya Melbourne ketika itu kami menikmati kroket hancur.

Sembari kebingungan kok hancur, salahnya dimana yah?  Sementara Chef Herry membuat pengakuan polos, dirinya belum pernah bikin kroket.  Ini baru eksekusi pertama karena idem dengan aku kebelet kangen masakan Indo.  Hiks...

Nah, kembali di ceritaku sore ini yang berhasil membuat perkedel.  Mengingatkanku kepada Melbourne dan dua sahabatku.  Berandai-andai bisa sombong, "tuh, aku bisa buat perkedel loh".  Hahah...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline