Jauh aku melangkah, tak terasa sungguh. Tersadar, mereka telah beranjak dewasa. Bukan si kecil yang lucu dan manja. Rasanya mimpi, kemana mereka yang dulu ku cium dan ku pangku? Ingin ku dengar celoteh kanak-kanak itu lagi. Kemana semua yang indah. Rinduku pada waktu yang berputar tidak untuk kembali.
Telah banyak ku toreh cerita dalam hidup mereka, mengenal hitam dan putihnya dunia. Menghapus airmata, dan menggantinya dengan tawa. Maafkan mama nak, hanya itu yang mama bisa. Semoga itu bisa menghapus luka. Walau ingin kuberi dunia hanya untuk melihat kalian bahagia.
Teringat olehku saat kami bertiga berjalan bergandengan. Saat, menikmati manisnya ice cream dari satu mangkok yang sama. "Tak apa walau sedikit, yang penting pernah," begitu si bungsuku berkata. Kami lalu tertawa, indah sekali ketika itu. Indah dan manis, tertawa didalam kesederhanaan karena tak punya.
Waktu tak akan bisa kembali. Tak menyesal sudah ku tanam cinta. Jika saat itu tiba, biar kenangan menjadi harta. Mengantar kalian tumbuh dewasa di sisa waktu dengan senyum bahagia. Simpanlah kenangan kita anakku, kemanapun kalian melangkah.
Jakarta, 23 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H