Penulis : Desy Veronica Rajagukguk
Pandemi COVID-19 berdampak diberbagai sektor kehidupan seperti ekonomi, sosial, termasuk juga pendidikan. Organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan. Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menyatakan bahwa, wabah virus corona telah berdampak terhadap sektor pendidikan. Di Indonesia sendiri, dunia pendidikan juga ikut merasakan dampaknya.
Terkait Antisipasi penyebaran COVID-19 yang mulai berlaku pada tanggal 17 maret 2020. Ada 2 poin dari himbauan tersebut terkait pendidikan yaitu, himbauan untuk kegiatan belajar mengajar semua jenjang dilakukan dirumah masing-masing dan para guru maupun pengajar dapat melakukan proses belajar mengajar melalui media daring (online). Himbuan tersebut disambut dengan pemberlakuan pembelajaran dirumah masing-masing disemua jenjang pendidikan dan menutup sementara sekolah dan perguruan tinggi dan aktivitas belajar mengajar.
Masa pandemi dan era new normal menghasilkan beberapa istilah baru. Satu yang sedang naik daun saat ini adalah istilah 'school from home' (bersekolah dari rumah). Istilah ini rupanya terinspirasi dari work from home (bekerja dari rumah). Bedanya, yang satu diterapkan di dunia kerja pada umumnya, sedangkan yang lain khusus dalam dunia pendidikan.
Dalam dunia pendidikan istilah school from home sekurang-kurangnya merujuk pada kegiatan belajar yang bertempat dirumah masing-masing dan dengan metode dan media pembelajaran spesial. Biasanya siswa dan guru belajar di sekolah dengan metode tatap muka (dikenal dengan istilah sinkronus), namun kini kegiatan pembelajaran dilakukan di rumah menggunakan metode daring dengan media dan sumber belajar online (disebut asinkronus).
Karena pembelajaran dilaksanakan di rumah, tanpa tatap muka atau bertemu langsung di sekolah, maka orangtualah yang harus berperan aktif, minimal dalam menyiapkan fasilitas (laptop, smartphone, aplikasi pembelajaran, kuota internet) dan mendampingi anak dalam melaksanakan pembelajaran daring. Hal ini wajib dilaksanakan oleh orangtua, terutama mereka yang memiliki anak di jenjang TK maupun SD kelas rendah (kelas -3).
Tetapi kenyataannya, school from home menimbulkan masalah baru, banyak orangtua mengeluh karena kurangnya fasilitas dan terutama kurangnya pemahaman mereka tentang cara mendampingi anak saat belajar. Apalagi, banyak dari antara mereka yang bukan dari kalangan pendidikan. Anak-anak merasa stres karena sulit memahami pembelajaran, sementara orangtua juga tertekan melihat situasi anak. Belum lagi tuntutan guru agar sesegera mungkin mengirimkan tugas yang diberikan guru setiap hari (seperti rekaman video, catatan, atau proyek tertentu).
Maka dari itu penulis memberikan beberapa tips bagi orangtua yang mengalami situasi ini, agar kegiatan school from home menjadi lebih menyenangkan dan tentu saja mudah dilaksanakan.
Pertama, yakinkan ke anak bahwa rumah adalah sekolah juga, sebagaimana disekolah selalu ada aturan dan jadwal yang jelas, demikian juga belajar dirumah. Diskusikan bersama dengan anak jadwal kapan waktu untuk belajar, membuat tugas, istirahat, dll.
Kedua, latih keterampilan fokus (memusatkan perhatian). Tanamkan ke anak bahwa orang yang terbiasa fokus akan menjadi ahli dalam bidangnya. Latihan fokus setiap hari akan membantu anak untuk lebih terampil dalam belajar.
Ketiga, buat komitmen bersama. Orangtua memberi teladan tentang kedisiplinan mengikuti jadwal yang telah dibuat; tegas dan tidak mudah terpengaruh, tetapi tetap fleksibel memperhatikan kebutuhan anak.