Lihat ke Halaman Asli

Deswita

Guru, mengajar di AL SMK AL HASRA

Lima Peran Seorang Guru

Diperbarui: 26 Juni 2024   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kita tidak bisa mengajari orang apa pun; kita hanya bisa membantu mereka menemukan apa yang ada dalam diri mereka sendiri. Maka, untuk menemukan itu ada pun lima peran guru sebagai berikut:

1. Profesi guru merupakan ibadah. (I'm a God's Creature)

Ibadah adalah hubungan manusia dengan Tuhan yang bersifat vertikal, yaitu interaksi antara makhluk dengan Khalik-Nya. Sedangkan antara guru dengan peserta didik adalah merupakan saling berinteraksi antara keduanya. Dengan demikian, pekerjaan kita merupakan pengabdian kepada lembaga pendidikan dan orang yang berada di dalam dan lingkungannya. Sedangkan materi yang kita dapat merupakan rezeki yang datang dari Tuhan sebagai balasan dari pengabdian kita kepada-Nya, lewat jalur profeai kita sebagai guru

2. Mengajar dengan Hati (I'm Genuine Teacher)

Ketahuilah wahai kekasih manusia tidaklah diciptakan dengan main-main, ataupun secara serampangan, namun mereka diciptakan secara mengagumkan untuk suatu yang agung (Imam Al-Ghazali). Secara prinsip apapun yang bermula dari lubuk hati pasti akan juga diterima oleh hati. Kata orang-orang bijak

"memang banyak hal didalam hidup ini yang tidak kasat mata, namun sangat jelas bagi sang hati.

Teman-teman guru! Mari kita merenung sejenak dan bertanya pada diri kita, mengapa hati itu diletakkan di tengah-tengah tubuh kita? Tidak di kaki atau tidak di kepala? Mengapa hati itu vital, sehingga kerusakan pada hati akibat benda tajam akan mengakibatkan kematian yang fatal. Sementara organ lainnya yang kena, kita masih bisa bertahan. Oleh sebab itu, apabila guru mengajar dengan hati dan sungguh-sungguh, insyaAllah akan mendatangkan hasil yang sangat baik dan maksimal hasilnya kepada anak didik kita.

3. Yang Membimbing dengan Hati (I'm a Guide)

Hatiku menyanyi suka cita pagi ini sebuah mukjizat telah terjadi cahaya pemahaman telah menyinari pikiran murid kecilku dan lihatlah semuanya berubah (Anne Sullifan, guru Helen Keller). Siapapun kita selayaknya mampu membimbing dengan cahaya kebenaran. Seharusnya, membimbing itu tidak dilakukan hanya oleh orang tua terhadap anak-anaknya, seorang guru kepada para pelajarnya, atau pemimpin kepada pengikut-pengikutnya. Namun, sesungguhnya membimbing itu adalah tugas kita semua. Karena, manusia diciptakan bukan hanya sebagai makhluk biologis (bashar) tetapi, juga sebagai makhluk fisikologis (insan) dan makhluk sosial (annas).

Membimbing dengan hati nurani adalah mengarahkan (directing) orang lain ke arah positif tanpa membuat mereka merasa diarahkan. Seringkali terjadi pembimbing membantu seseorang hanya untuk menunjukkan dia lebih pintar. Nasihat yang disampaikannya hanyalah untuk membuktikan bahwa dia lebih hebat, lebih berwawasan, dan lebih berilmu dari orang yang dinasihatinya. Ini jelas tidak termasuk kepada pembimbing kategori dengan hati nurani atau ini sebuah arogansi saja. Maka, hasilnya tidak akan baik dan maksimal.

4. Yang Mendidik dengan segala Keikhlasan (I'm a Sincere Educator)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline