Lihat ke Halaman Asli

Desvita Aulia Rachmadina

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prodi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Eksistensi Wisata Bentara Budaya di Tengah Budaya Urban

Diperbarui: 23 Desember 2022   18:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bentara Budaya Jakarta (Sumber: Kompas.com)

Wisata budaya merupakan suatu wisata yang memanfaatkan kebudayaan sebagai objek wisatanya. Objek-objek  kabudayaan tersebut adalah hasil seni budaya seperti adat istiadat, peninggalan sejarah, upacara agama, dan kerajinan-kerajinan rakyat.

Di era masyarakat urban yang semakin modern ini, mempengaruhi eksistensi wisata budaya, khususnya yang berada di daerah perkotaan. Arus globalisasi yang semakin pesat, pertumbuhan teknologi semakin canggih, budaya-budaya luar yang masuk ke negara kita, dapat menyebabkan eksistensi wisata budaya terkalahkan.

Oleh karena itu, agar eksistensi tetap terjaga dengan baik, wisata-wisata budaya berperan aktif dalam mengadakan kegiatan berbau kebudayaan lokal. Salah satunya yaitu wisata Bentara Budaya, lembaga kebudayaan yang dimiliki oleh Kompas Gramedia. Kegiatan tersebut bertujuan melestarikan kebudayaan Indonesia, agar tidak terlupakan di zaman modern seperti saat ini.

Dilansir dari laman bentarabudaya.com, nama Bentara Budaya memiliki arti utusan budaya. Hadirnya Bentara Budaya ini didedikasikan untuk perkembangan seni budaya sebagai upaya merawat kebhinekaan Indonesia, dan dijadikan sebagai titik bertemunya aspirasi yang pernah ada dengan aspirasi yang sedang tumbuh.

Bentara Budaya pertama kali diresmikan oleh Jakob Oetama, pendiri Kompas Gramedia, pada tanggal 26 September 1982 di Yogyakarta. Tempat wisata ini dijadikan sebagai ruang apresiasi bagi seni klasik Indonesia dan menghidupkan atau menggiatkan kembali bentuk kesenian tradisi warisan leluhur. Uniknya, walaupun wisata budaya, tapi juga digunakan sebagai ruang apresiasi bagi seni modern kontemporer, hingga bentuk seni kolaborasi lintas bidang. 

Tidak hanya Yogyakarta, Bentara Budaya juga didirikan di Ibukota, yaitu Jakarta. Bentara Budaya Jakarta resmi dibuka pada tanggal 26 Juni 1986. Terletak di Jl. Palmerah Selatan 17, Jakarta, memiliki ciri khas bangunan dengan gaya kesenian yang tinggi dan unik. Wisata Bentara Budaya Jakarta ini aktif mengadakan acara kesenian, salah satu acara yang belum lama diselenggarakan yaitu pameran seni keris, yang digelar pada 23-27 November 2022.

Pameran keris ini menghadirkan sekitar 150 keris karya para empu Nusantara dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Madura, Bali, dan Lombok. Pameran tersebut diadakan dalam rangka memperingati 17 tahun pengakuan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), atas keris Indonesia sebagai warisan dunia. Mengusung tema Keris Indonesia for Peace and Humanity 2022, yang diartikan sebagai keris menjadi karya seni untuk menjaga hubungan perdamaian manusia.

"Kita sebagai seniman kebudayaan, ingin menyuarakan bahwa kemanusiaan hancur hanya karena peperangan. Kalau terjadi perang lagi, kehidupan masyarakat terutama anak-anak, akan berubah drastis menjadi lebih buruk dibandingkan jika kita hidup damai, karena itu tema ini diangkat," ujar seniman rupa sekaligus Ketua Panitia Pameran, Toni Junus, di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (25/11).

Selain pameran kesenian lokal, Bentara Budaya Jakarta juga mengadakan acara seni kontemporer seperti pameran foto, teater, musik, pemutaran film, dan workshop. Wisata ini juga sebagai salah satu rujukan pusat kegiatan budaya dengan program tingkat nasional maupun internasional. Kegiatan-kegiatan tersebut yang membuat wisata Bentara Budaya konsisten menjaga eksistensinya sebagai wisata budaya yang tidak terkalahkan di tengah budaya urban.

Wisata budaya seperti ini, tetap memiliki relevansinya di tengah masyarakat urban yang semakin modern. Seperti halnya wisata Budaya Bentara juga sebagai tempat atau ajang untuk mengapresiasi seni-seni modern, dimana pada zaman ini terdapat banyak seniman yang memiliki karya di bidang seni modern, seperti seni kontemporer dan sebagainya. Toni Junus mengatakan bahwa seni tradisi untuk memasuki budaya urban memang memiliki tahapan, yaitu seni urban yang traditif, menengah, dan betul-betul seni urban.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline