Lihat ke Halaman Asli

Revolusi PSSI Harga Mati

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1418480735401992624

[caption id="attachment_341066" align="aligncenter" width="360" caption="asharigemini.blogspot.com"][/caption]

Salam Olahraga..

KENAPA PSSI HARUS DIBEKUKAN (DIBUBARKAN) DAN DIBENTUK FEDERASI BARU?


Karena kami berpendapat bahwa PSSI gagal memberi prestasi selama ini akibat tersandera oleh statutanya sendiri. Jumlah voters yang terlalu banyak (105, CMIIW) membuat PSSI lebih mirip parpol ketimbang induk organisasi sebuah cabang olahraga.

Selalu terjadi money politic setiap terjadi pemilihan Ketum. Karena disitu banyak kepentingan dari para pihak yang berminat duduk disitu. Banyaknya voters juga membuat pengurus PSSI terkadang tak berani bertindak tegas kepada klub yang melakukan tindakan unfairplay akibat takut kehilangan dukungan. Akibatnya terjadi banyak kompromi dan konspirasi. Hak suara untuk Asprov juga seharusnya tak perlu ada.

PSSI sudah terjebak dalam sistem yang tak memberi ruang kepada rezim yang 'bersih' untuk bekerja. Organisasi PSSI penuh intrik politik. Bahkan sesungguhnya kartel politik yang berafiliasi pada parpol tertentu sudah mendominasi 70% lebih klub peserta ISL.

Berharap melakukan PERUBAHAN didalam tubuh PSSI sesuai jalur statuta, sama saja harus MEMBELI suara voters. Transaksi dagang sapi, jual beli suara. Tak ada voters yang rela menyerahkan suaranya secara cuma-cuma.

Singkat kata, mendamba datangnya prestasi dari PSSI seperti pungguk merindukan bulan. Karena prestasi bukanlah prioritas teratas dalam program kerja PSSI. Uang dan kepentingan politik golongan lebih mengemuka.

Berharap PSSI mengkoreksi statutanya sendiri dengan mengurangi jumlah voters secara ekstrem juga tak mungkin terjadi. Kehilangan hak suara identik dengan kehilangan rejeki dan peran menentukan arah organisasi. Wacana mengurangi jumlah voters pasti ditolak.

KESIMPULAN :
Harus ada federasi yang baru dengan statuta baru yang berorientasi kepada prestasi tim nasional.

Jika pemerintah hanya berniat menggusur rezim La Nyalla cs dari PSSI dan terjadi kisruh organisasi, yang terjadi nanti FIFA membentuk KOMITE NORMALISASI. Ujung-ujungnya ada pemilihan ketum baru oleh para voters, dan orang-orang lama lagi yang akan mendominasi. Berputar dari situ dan balik kesitu lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline