Lihat ke Halaman Asli

Stunting Semakin Genting, Unair Programkan Kampung Emas 2.0

Diperbarui: 17 Desember 2023   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Terjalinnya Kolaborasi Antara Berbagai Pihak yang Terlibat (dokpri)

Surabaya, 5 Oktober 2023 - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Rektor Universitas Airlangga (UNAIR) Mohammad Nasih turut serta melepas 506 mahasiswa UNAIR yang akan terlibat dalam Belajar Bersama Komunitas (BBK) tematik di Kota Surabaya.

Kegiatan pelepasan mahasiswa berlangsung di Gedung ASEEC Kampus B UNAIR pada Kamis siang, kegiatan ini memulai langkah strategis dalam upaya percepatan penurunan stunting. Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Pemerintah Kota Surabaya dan Perguruan Tinggi, yang telah sukses melaksanakan program sejenis pada tahun sebelumnya dengan "Kampung Emas 1.0". 

Di tahun kedua pelaksanaannya program "Kampung Emas 2.0"  berlangsung mulai bulan Oktober hingga Desember 2023. Tujuan utama program ini adalah memberikan kontribusi konkret dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting melalui pendekatan konvergensi, intervensi gizi sensitif, dan spesifik. 

Diharapkan, kegiatan ini dapat memberikan dampak positif yang signifikan dalam menurunkan angka stunting di Kelurahan Rungkut Kidul dan secara menyeluruh di Kota Surabaya. Program ini menjadi bukti nyata dari peran aktif mahasiswa dan perguruan tinggi dalam mendukung visi pembangunan kesejahteraan masyarakat.

Peserta program ini adalah mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Airlangga. Berada di Kelurahan Rungkut Kidul disertai oleh tim yang terdiri dari tiga mahasiswa, yakni Destriana Putri Ayu Ningtyas (Gizi-FKM), Fariza Raihan Fadhli Gunawan (Teknik Lingkungan-FST), dan Linggar Rizania (Sastra dan Bahasa Indonesia-FIB). Serta didampingi oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yaitu Ibu Dr. Pratiwi Soesilawati, drg., M.Kes. Kelurahan Rungkut Kidul, yang terletak di Kecamatan Rungkut, dipilih sebagai salah satu fokus kelurahan program ini. Puskesmas Kalirungkut yang melayani wilayah tersebut mencatat tingginya jumlah penderita stunting. 

Stunting ini menjadi masalah kompleks yang bersumber dari berbagai faktor, termasuk kurangnya pemahaman ibu balita terkait pola asuh anak, kehamilan pada usia yang masih muda, asupan nutrisi yang tidak memadai selama kehamilan, serta keterbatasan akses keluarga terhadap makanan bergizi. Faktor lain yang ikut berkontribusi meliputi kondisi ekonomi yang rendah, permasalahan sanitasi dan kebersihan, serta dampak dari penyakit. Selain itu, faktor genetik dan riwayat kesehatan dalam keluarga juga menjadi pertimbangan penting dalam memahami kompleksitas permasalahan stunting di wilayah Rungkut Kidul.

Gambar 2. Fasilitator Monitoring ToT Program SBCC-BESTIEZ dan Formulasi Pangan (dokpri)

Program unggulan 'Kampung Emas 2.0' terdiri dari tiga bagian, yaitu Layanan Terpadu Pranikah (LADUNI), Social Behaviour Change Communication: Bunda Teredukasi Sehat, Hebat, Peduli Gizi (SBCC-BESTIEZ), dan Formulasi Pangan Lokal Seimbang, Beragam, berbasis Hewani (FORMULA PANGAN BERIMAN). Dalam program LADUNI, intervensi melibatkan distribusi dan pemantauan penggunaan suplemen laduni untuk calon pengantin dan ibu hamil. Program SBCC-BESTIEZ melibatkan sosialisasi dan edukasi mengenai gizi untuk ibu hamil dan calon pengantin, laduni, dan demonstrasi formulasi pangan beriman, yang ditargetkan kepada calon pengantin dan ibu hamil. Sementara itu, dalam program formulasi pangan beriman memberikan intervensi yang dilakukan dengan memformulasikan pangan berbasis protein hewani yang mudah ditemukan dan terjangkau secara ekonomis.

Selain upaya utama yang telah disebutkan, diperkenalkan sejumlah program tambahan dengan tujuan serupa, yaitu untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan masalah stunting di Kelurahan Rungkut Kidul. Program-program ini dirancang untuk merangkul berbagai aspek kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, mencakup analisis mendalam terhadap isu keluarga berencana pasca persalinan, pemantauan permasalahan gizi, evaluasi pengetahuan serta praktik konsumsi gizi, promosi konsumsi suplemen gizi, peningkatan pola asuh, dan pemberdayaan kesehatan mental pada calon pengantin dan ibu hamil.

Lebih lanjut, program-program tersebut juga mencakup inisiatif pengembangan media edukasi guna memberikan informasi yang lebih luas dan mudah diakses kepada masyarakat. Selain itu, melibatkan survei pasar untuk memahami tren dan preferensi masyarakat terkait pangan, pendokumentasian praktik Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) untuk merinci strategi yang efektif. Belajar Bersama Komunitas bukan hanya konsep, melainkan implementasi nyata di mana mahasiswa belajar secara langsung dari masyarakat. Ini melibatkan kolaborasi dengan Kader Surabaya Hebat (KSH), interaksi dengan ibu hamil, dialog dengan calon pengantin, pemahaman mendalam terhadap kebutuhan ibu balita, berdiskusi dengan ahli gizi puskesmas, serta keterlibatan dengan bidan kelurahan yang memiliki pengalaman langsung dalam pemantauan dan penanganan stunting.

Gambar 3. Pelaksanaan Program PMBA (dokpri)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline