Lihat ke Halaman Asli

Teori Attachment yang Dikemukakan oleh mary ainsworth

Diperbarui: 23 Januari 2025   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

8. Teori Attachment yang Dikemukakan oleh Mary Ainsworth dan John Bowlby
Teori attachment yang dikembangkan oleh John Bowlby dan Mary Ainsworth, mengemukakan bahwa hubungan awal yang terbentuk antara anak dan pengasuhnya

memainkan peran penting dalam perkembangan emosional dan sosial anak (Riza, 2018). Attachment atau ikatan emosional yang terbentuk antara seorang anak dan pengasuhnya dipandang sebagai dasar bagi perkembangan psikologis anak di kemudian hari. Bowlby, sebagai pencetus teori ini, menganggap bahwa attachment adalah suatu sistem biologis yang adaptif, yang berkembang sebagai respons terhadap kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan dan perawatan. Melalui attachment, anak merasa aman dan terlindungi, yang memfasilitasi perkembangan kemampuan untuk menjelajah lingkungan dan berinteraksi dengan orang lain. Bowlby menyatakan bahwa attachment muncul karena adanya kebutuhan dasar anak untuk mendapatkan perhatian dan perlindungan dari pengasuh. Proses ini dimulai sejak bayi lahir, yang mana bayi secara alami mencari kedekatan fisik dengan pengasuh melalui tangisan, senyuman, dan kontak mata (Diananda, 2020). Bowlby mengemukakan bahwa hubungan tersebut bukan hanya bersifat emosional, tetapi juga terkait dengan fungsi biologis yang berhubungan dengan kelangsungan hidup. Dengan kata lain, ikatan yang terbentuk memberikan rasa aman bagi anak, yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelajahi dunia luar dan berinteraksi dengan orang lain. Mary Ainsworth, yang bekerja dengan Bowlby, mengembangkan teori attachment lebih lanjut melalui penelitiannya yang terkenal yang disebut "Strange Situation Procedure". Ainsworth memfokuskan pada bagaimana bayi merespons kehadiran dan ketidakhadiran ibu atau pengasuh utama mereka dalam situasi yang agak terkontrol dan asing. Berdasarkan pengamatannya, Ainsworth mengidentifikasi tiga pola attachment utama pada bayi, yaitu secure attachment, insecure-avoidant attachment, dan insecure-ambivalent attachment. Ainsworth juga kemudian menambahkan pola attachment keempat, yaitu disorganized attachment, berdasarkan pengamatan lebih lanjut (Surahman, 2021).
a. Secure Attachment
Pola attachment yang ideal dimana anak merasa aman dan nyaman ketika
berada di dekat pengasuhnya. Anak dengan pola ini cenderung menunjukkan kecemasan yang wajar saat pengasuhnya meninggalkan ruangan, tetapi dapat dengan mudah disentuh kembali dan merasa nyaman setelah pengasuhnya kembali (Surahman, 2021). Anak-anak dengan pola attachment ini percaya bahwa pengasuh mereka akan hadir untuk memenuhi kebutuhan mereka, yang menciptakan rasa percaya diri dan rasa aman dalam menjelajah dunia luar.
b. Insecure-Avoidant Attachment
Ditandai dengan kecenderungan anak untuk menghindari atau menjauhkan diri
dari pengasuhnya, meskipun pengasuh mereka hadir atau pergi. Anak-anak dengan

pola ini sering kali tidak menunjukkan emosi yang kuat saat pengasuh meninggalkan atau kembali, yang menunjukkan bahwa mereka mungkin telah belajar untuk tidak mengandalkan pengasuh mereka untuk mendapatkan kenyamanan atau dukungan (Surahman, 2021). Pola ini dapat berkembang akibat pengasuh yang tidak responsif terhadap kebutuhan emosional anak.
c. Insecure-Ambivalent Attachment
Mencirikan anak yang sangat cemas dan tidak konsisten dalam respons mereka
terhadap pengasuh. Anak-anak ini cenderung menunjukkan kecemasan yang intens saat pengasuh mereka meninggalkan ruangan, tetapi ketika pengasuh kembali, anak tersebut sering kali menunjukkan campuran antara ingin didekati dan marah atau kecewa (Surahman, 2021). Pola ini sering kali muncul pada anak-anak yang pengasuhnya memberikan perhatian yang tidak konsisten atau tidak dapat diandalkan.
d. Disorganized Attachment
Ditemukan pada anak yang menunjukkan perilaku yang sangat
membingungkan atau kontradiktif. Anak-anak ini mungkin tampak bingung, takut, atau cemas ketika berinteraksi dengan pengasuh mereka, dan sering kali tidak tahu bagaimana harus bereaksi terhadap pengasuh yang datang dan pergi (Surahman, 2021). Pola ini sering kali berkembang pada anak-anak yang mengalami trauma atau pengabaian dari pengasuh utama mereka, atau jika pengasuh mereka adalah sumber ketakutan atau kekacauan emosional.
Teori attachment Bowlby dan Ainsworth juga mengemukakan bahwa pola attachment yang terbentuk pada masa bayi dan balita dapat berpengaruh terhadap hubungan interpersonal anak di kemudian hari, termasuk hubungan romantis dan sosial mereka sebagai orang dewasa. Anak-anak yang memiliki attachment aman cenderung memiliki kemampuan untuk membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung di usia dewasa. Sebaliknya, anak-anak yang memiliki attachment tidak aman mungkin mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan yang stabil dan bisa membawa masalah emosional dan sosial hingga dewasa. Dengan demikian, teori attachment menyoroti pentingnya hubungan awal dalam membentuk dasar psikologis anak. Bowlby dan Ainsworth menekankan bahwa keterlibatan dan responsivitas pengasuh terhadap kebutuhan emosional anak sangat mempengaruhi perkembangan mereka. Hubungan yang aman dengan pengasuh menciptakan rasa aman dan kepercayaan diri pada anak, yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan emosional yang sehat. Sebaliknya,

kurangnya responsivitas atau pengabaian dapat menyebabkan gangguan dalam perkembangan emosional anak, yang dapat memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline