Lihat ke Halaman Asli

Teori Emotional inteligence dari Daniel Goleman

Diperbarui: 23 Januari 2025   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

5. Teori Emotional Intelligence dari Daniel Goleman
Teori kecerdasan emosional (emotional intelligence) yang dikemukakan oleh Daniel Goleman telah menjadi salah satu konsep penting dalam bidang psikologi dan manajemen (Angel, et al., 2024). Goleman mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri serta orang lain. Dalam bukunya yang berjudul "Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ," Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosional memiliki dampak yang signifikan terhadap kesuksesan seseorang dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Menurut Goleman, kecerdasan emosional lebih penting daripada kecerdasan intelektual (IQ) dalam menentukan keberhasilan individu, terutama dalam konteks hubungan sosial dan dinamika tempat kerja. Goleman menguraikan kecerdasan emosional ke dalam lima komponen utama, yaitu kesadaran diri (self-awareness), pengelolaan diri (self-regulation), motivasi (motivation), empati (empathy), dan keterampilan sosial (social skills) (Fitriani, 2021). Kesadaran diri adalah kemampuan untuk memahami emosi sendiri, mengenali kekuatan dan kelemahan pribadi, serta memiliki kepercayaan diri yang sehat. Seseorang yang memiliki kesadaran diri yang baik mampu mengevaluasi perasaan mereka sendiri dengan objektif dan menggunakannya untuk pengambilan keputusan yang lebih baik (Januaripin, 2024). Pengelolaan diri mengacu pada kemampuan untuk mengontrol emosi dan perilaku impulsif, serta beradaptasi dengan perubahan. Orang yang mampu mengelola diri dengan baik cenderung tetap tenang dalam situasi sulit dan mampu bertindak secara bijaksana. Motivasi dalam kecerdasan emosional menurut Goleman berkaitan dengan dorongan internal untuk mencapai tujuan dan kesuksesan jangka panjang. Individu yang memiliki motivasi tinggi tidak mudah menyerah, selalu berusaha untuk mencapai hasil terbaik, dan memiliki inisiatif yang kuat. Sementara itu, empati merupakan kemampuan untuk memahami perasaan, kebutuhan, dan perspektif orang lain. Dengan adanya empati, seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain secara lebih efektif, membangun hubungan yang kuat, serta mengelola

konflik dengan lebih baik. Terakhir, keterampilan sosial mencakup kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, bekerja dalam tim, serta mempengaruhi dan menginspirasi orang lain. Individu dengan keterampilan sosial yang baik cenderung sukses dalam membangun jaringan hubungan dan kepemimpinan.
Penerapan kecerdasan emosional dalam kehidupan sehari-hari memiliki banyak manfaat, terutama dalam dunia kerja. Pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional tinggi cenderung lebih efektif dalam mengelola tim, memotivasi karyawan, serta menciptakan lingkungan kerja yang positif. Mereka mampu memahami kebutuhan emosional rekan kerja dan bawahan mereka, sehingga dapat menciptakan komunikasi yang lebih baik dan mengurangi konflik (Angel, et al., 2024). Selain itu, kecerdasan emosional juga membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik, karena individu yang memiliki kecerdasan emosional tinggi cenderung tidak terbawa emosi negatif saat menghadapi tantangan. Dalam dunia pendidikan, kecerdasan emosional juga memegang peran penting dalam perkembangan anak dan remaja. Goleman menekankan bahwa keterampilan emosional harus diajarkan sejak dini, karena akan berdampak pada prestasi akademik dan hubungan sosial mereka di masa depan. Dengan mengajarkan anak-anak bagaimana mengenali dan mengelola emosi mereka, mereka akan lebih mampu menghadapi tekanan dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Pendidikan kecerdasan emosional juga dapat membantu mengurangi perilaku agresif, meningkatkan rasa percaya diri, dan memperkuat keterampilan pemecahan masalah. Meskipun kecerdasan emosional memiliki banyak manfaat, masih ada beberapa tantangan dalam pengembangannya. Salah satu tantangan utama adalah bahwa kecerdasan emosional bukan sesuatu yang dapat dipelajari secara instan, melainkan membutuhkan waktu dan latihan yang konsisten. Selain itu, lingkungan dan budaya juga berperan dalam membentuk tingkat kecerdasan emosional seseorang. Dalam beberapa budaya, ekspresi emosi dianggap tabu atau tidak pantas, sehingga individu mungkin mengalami kesulitan dalam mengenali dan mengelola emosi mereka dengan baik. Dalam kesimpulannya, teori kecerdasan emosional dari Daniel Goleman menegaskan bahwa kesuksesan dalam kehidupan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual semata, tetapi juga oleh kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi (Angel, et al., 2024). Dengan mengembangkan kesadaran diri, pengelolaan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial, seseorang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka secara signifikan. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk terus belajar dan berlatih dalam meningkatkan kecerdasan emosional mereka agar dapat menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline