Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa Keperawatan Semarang-Salatiga Lakukan Aksi Damai Demi Terwujudnya UU Keperawatan

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1350224968218621642

Minggu, 14 Oktober 2012- Adzan subuh sudah berkumandang sejak satu jam yang lalu. Di hari yang masih pagi ini saya dan teman-teman ilmu keperwatan UNDIP berkumpul di depan masjid kampus untuk bersiap meluncur ke Semarang kota. Tepat pukul 6, rombongan meninggalkan kampus UNDIP Tembalang menuju kawasan Simpang Lima, Kota Semarang.

Di area taman KB, kami sudah ditunggu oleh teman-teman dari ikatan mahasiswa keperawatan Semarang-Salatiga. Dengan pakaian kebanggaan profesi kami, kami berkumpul untuk membahas aksi damai yang akan kami laksanakan di kawasan Simpang Lima Semarang.

Masih hangat ditelinga kita, terutama di kalangan mahasiswa keperawatan, tentang isu UU Keperawatan. Bagaimana sih nasib UU yang katanya akan memberi payung hukum bagi profesi perawat? Masih stagnan atau ada keputusan baru?

Dengan semangat yang menggebu-gebu, sekitar 50 mahasiswa keperawatan Semarang-Salatiga yakni dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro, STIKES Elizabeth dan STIKES Karya Husada bersatu untuk menggalakkan aksi damai demi terwujudnya undang-undang keperawatan.

Aksi di mulai dengan long march dari taman KB, kawasan simpang lima, dan terakhir berhenti di depan Gedung Departemen Kesehatan Jawa Tengah. Sepanjang aksi long march kami menyanyikan yel-yel yag berisi agar pemerintah secepatnya mengesahkan UU keperawatan. Aksi dilanjutkan dengan push up bersama di depan gedung departemen kesehatan Jawa Tengah. Aksi push up ini dianalogikan sebagai tenaga perawat yang terus menerus di peras habis namun tidak ada timbal balik yang sepadan untuk profesi kami. Selanjutnya adalah aksi teatrikal yang dibawakan dengan apik oleh Fadlun Naim, dari keperawatan UNDIP. Diteatrikal tersebut, Naim (panggilan untuk fadlun naim-red) berperan sebagai sebuah suntikan yang marah karena tidak terpakai. Sebuah suntikan yang protes karena perawat tidak boleh memanfaatkannya. Sebuah suntikan yang hanya akan teronggok kaku sampai ada dokter yang menjamahnya karena UU yang ada tidak memperbolehkan perawat meakukan tindakan medis. Aksi terakhir adalah aksi tensi gratis bagi warga Semarang di sekitar jalan Pahlawan dan kawasan Simpang Lima. Tensi gratis ini sebagai perwujudan kami sebagai profesi perawat untuk mengabdikan diri kepada masyarakat, selain itu kami gunakan juga sebagai sarana sosialisasi mengenai isu UU keperwatan. Ternyata cukup banyak juga warga masyarakat yang tertarik dengan tensi gratis ini.

1350225022789891819

1350225085221552149

1350225126713324486

1350225290259580266

aksi tensi gratis

Aksi berakhir sekitar pukul 08.15 WIB. Sebelum berpisah kami berdoa untuk UU keperawatan yang sedang kami perjuangkan. Semoga para pejabat Negara di DPR sana mendengar teriakan kami. Dua puluh tiga bukan waktu yang singkat untuk sebuah penantian. Kami lelah dengan janji-janji palsu anggota dewan yang katanya wakil rakyat itu. Jika tahun ini DPR belum juga memberikan kejelasan tentang UU keperawatan, boleh jadi kami akan menunggu 23 tahun lagi atau bahkan lebih dari itu. Inilah yang bisa kami lakukan sebagai mahasiswa, sebagai agent of change. Kami memang bukan siapa-siapa dibandingkan mereka yang ada di gedung kura-kura sana. Tapi kami menginginkan negara kami yang lebih baik lagi. Mewujudkan Indonesia sehat membutuhkan kontribusi dari perawat. Biarkan kami bekerja dengan aman dan selamat demi mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat. Besok Senin, 15 Oktober 2012 teman-teman kami dari seluruh Indonesia akan melakukan aksi di Senayan Jakarta. Semoga aksi besok bisa membuahkan hasil dan bisa membuka hati para pemimpin rakyat disana untuk segera menindaklanjuti RUU keperawatan demi tersahkannya UU keperawatan.

#nursingdream #sahkanRUUkeperawatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline