Di lansir dari Wikipedia bahwa tercatat pada tanggal 2 Maret 2020 sudah 2 tahun 1 bulan 2 hari (terhitung pada saat saya mengetik ini 4 April 2022) pertama kalinya terdeteksi bahwa terdapat 2 orang warga Indonesia yang terkonfirmasi tertular Covid-19 dari seorang warga negara Jepang. Pada 9 April, pademi sudah menyebar ke 34 provinsi, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah sebagai provinsi paling banyak terpapar Covid-19.
Dengan tinggi nya kasus pemaparan Covid-19 pada saat itu, sebagai tanggapan terhadap pandemi, di beberapa wilayah telah dilakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada tahun 2020. Dan kebijakan tersebut diganti dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada tahun 2021.
Dengan diberlakukannya PPKM pada saat itu, seluruh karyawan hingga pelajar dan mahasiswa diharuskan untuk melakukan segala kegiatan dirumah, atau disebut dengan WFH, PJJ, dan KULON. Diketahui bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengeluarkan surat edaran untuk pencegahan virus corona (Covid-19) pada satuan pendidikan, Minggu (9/3/2020).
Surat tersebut ditujukan untuk kepala dinas Pendidikan provinsi, kabupaten/kota, kepala Lembaga layanan Pendidikan tinggi, pemimpin perguruan tinggi, dan kepala sekolah di seluruh Indonesia. Tentu dengan adanya kebijakan PJJ tersebut memiliki beberapa masalah seperti, jaringan internet menjadi kendala dan butuhnya penyesuaian
Pada saat terkonfirmasinya kasus Covid-19 di Indonesia bertepatan dengan Angkatan saya yang akan lulus dari bangku SMA yang mengakibatkan Angkatan saya harus merayakan kelulusan dirumah masing - masing, pergi ke sekolah hanya untuk mengambil piagam, tidak ada sesi pemotretan, ada, hanya saja dilakukan dirumah masing - masing alias foto sendiri - sendiri.
Yang dimana pada saat libur panjang sebelum masuk ke Universitas, hanya bisa liburan dirumah. Itu menjadi pengalaman pertama yang sangat tidak menyenangkan dari hadir nya Covid-19. Namun ada sisi menyenangkannya dari diberlakukannya PPKM tersebut, dimana yang saya rasakan, saya bisa lebih mengetahui diri saya suka terhadap hobi apa, marathon film dan perdrakoran, dan terkadang dari hasil gabut tersebut, saya bisa membuat makanan yang rasanya enak (menurut saya) namun aneh buat orang rumah.
Semakin tingginya kasus Covid-19 di Indonesia terutama salah satunya di DKI Jakarta yang pada saat itu sempat menyentuh level 3, pemerintah dengan konsisten mengumumkan untuk seluruh masyarakat masih di haruskan melakukan aktivitasnya #dirumahaja.
Sampai pada saat saya daftar kuliah, selama 3 semester, dari semester 1 - semester 3 masih diberlakukannya Kuliah Online (KULON), sangat cukup membuat saya nyaman dengan adanya kuliah online, karena tidak diharuskan untuk datang belajar langsung ke kampus, tidak dikejar - kejar waktu untuk mandi dan prepare karena takut terlambat masuk kelas, kuliah pun bisa di sambi dengan melakukan kegiatan lainnya dirumah.
Bukan hanya saya, menjalankan kuliah online dengan senang hati juga dirasakan oleh teman-teman saya yang lainnya, selain hal yang saya sebutkan sebelumnya, ada juga seperti irit ongkos, ongkos berangkat, ongkos pulang, ongkos untuk makan dan minum.
Kalau dirasa jenuh ya sudah pasti jenuh, bosan hanya melakukan aktivitas setiap hari nya dirumah, tapi rasa bosan tersebut juga tidak menjadi masalah besar, terkadang betah hanya dirumah aja, ga hangout bersama teman, keluar jika hanya ada keperluan aja, namun jika sudah bertemu dengan teman, main keluar untuk hangout dalam waktu beberapa hari juga suka, singkatnya, dapat bersosialisasi sekaligus penyendiri, kurang lebih seperti itu seorang ambivert.
Ambivert itu apa si? Ambivert adalah kepribadian yang bisa mengarah pada ekstrovert maupun introvert, tergantung dengan situasi yang dihadapi. Seseorang dengan kepribadian ini biasanya mudah berbaur layaknya seorang ekstrovert, tetapi juga pintar untuk menyendiri dan tidak berbicara banyak seperti introvert.