Lihat ke Halaman Asli

Rekam Jejak: Genapkan Separuh Diin, Tenangkan Jiwa

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13994491051449331545

Tiap insan pasti menginginkan belahan jiwa dalam hidupnya. Dengan adanya belahan jiwa, segala gelisah dapat tercurah. Ya, siapa yang tak ingin menggapai hubungan paling indah nan berkah melalui status pernikahan? Saya jamin 100% semua menginginkan itu, tanpa terkecuali saya sebagai penulis artikel ini :D Terlebih lagi bagi yang sudah berusia matang. "Kegalauan" kerap datang. "Kegelisahan" tetiba saja mengguncang kesendirian. :D

Baiklah, tulisan ini hanya rekaman jejak yang terlewati. Reportase yang terlambat, tapi semoga saja tetap mengekalkan memori ingatan. Semoga yang membaca nanti dapat senyam-senyum sendiri. Tulisan ini saya persembahkan untuk saudara kembar saja yang genap 26 tahun, bersamaan dengan hari lahirnya. Tak ada yang bisa saya berikan padanya, terkecuali liputan kisah indah miliknya. Saya sajikan ini, semoga tak hambar tatkala dibaca :D Silakan dinikmati memori-memori cintamu.

Saya merupakan saudara kembar dari Destiana--panggilan akrabnya Nana kalau di rumah--Desti kalau di tempat kerja. Saya dan dirinya lahir pada Ahad, 8 Mei, hari ini genap 26 tahun. Sempat saya bahas pada uraian di atas, tiap individu mendambakan pernikahan yang baroah. Ehmm... pasti sudah bisa ditebak, tulisan ini berkaitan jodoh-menikah-berumah tangga-hidup full barokah :D

Sejak beberapa tahun lalu, saya memang ingin segera merampung-menggenapkan separuh diin saya agar sempurnalah agama saya. Akan tetapi, suratan di Lauhul Mahfudz belumlah mengabari demikian. Alhasil, menanti dalam kesabaran dan ketaatan adalah jalan yang mesti saya tempuh. Ehmm... baiklah, saya lanjutkan kembali mendedahkan memori-memori itu.

Saya ingat betul beberapa bulan lalu, kami (saya, Nana, dan orangtua) acapkali membahas tentang jodoh. Berhubung saya dan Nana kembar, mengira-ngira siapa yang akan menikah terlebih dulu. Ehhmm... karena yang lebih awal datang ke bumi ini adalah saya, saya pun sangat menginginkan agar segera genapkan diin. Meski tak menyangka, Lauhul Mahfudz tak mengabari sesuai keinginan. Hehe ....

Oke, saya lanjut bercerita, ya!

Siang itu medio November, entah tanggal berapa, ada kegiatan Kemenpora berupa workshop kepenulisan. Sejak malam, saya gusar, ingin ikut gelaran itu meski jam mengajar penuh di esok hari. Saya pun dapat kabar bahwa peserta sudah banyak yang ikut dan saya tidak kebagian kursi penuh. Hiks... sedih deh, tapi saya tetap "ngotot" ingin tetap dapat kursi. Akhirnya, saya diberi nomor kontak sang panitia oleh Ketua FLP Bandarlampung, Tri Sujarwo. Terlebih saya dan teman-teman di keorganisasian penulis, paling getol yang dengan adanya workshop kepenulisan. Hitung-hitung menambah wawasan dan semangat menulis. Tanpa berpikir panjang, saya hubungilah panitia. Nama dan nomor kontak yang diberi, saya sudah tak asing. Dia aktivis yang banyak dikenal orang meski saya pun tak banyak tahu tentang sosok ini. Beberapa kali saya menghubungi dan menanyakan apakah ada kursi kosong untuk saya tempati meski pada akhirnya saya tak bisa datang.

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."                                                                                                                                                                                                  (QS. Ar Rum: 21)

Sengaja saya kutip salah satu ayat Allah di atas. Allah menciptakan istri-istri dari jenismu agar berasa tentram. :D

Baiklah, saya lanjutkan kembali. Entah mungkin ini sudah jalan dari Allah. Ini adalah klu yang Allah berikan. Ketika malamnya, saya melepas lelah di kamar. Nana memberi kabar ke saya kalau dirinya mendapatkan proposal nikah. Kemudian ia menunjukkan nama yang tertera di lembaran-lembaran kertas itu. Blep! Saya terkejut bukan main. Nama yang terpampang di lembaran-lembaran kertas itu--nama yang sama ketika siang saya hubungi sang panitia workshop kepenulisan. Dia adalah Kak Nashar. Sosok yang saya kenal aktif di organisasi dan sempat beberapa kali saya berjumpa di DPW PKS, Untung Suropati, Bandarlampung. Karena sebelumnya sudah tahu sedikit tentang Beliau, tanpa berpikir panjang, saya pun langsung katakan pada Nana untuk terus melanjutkan proses. Bismillah ....

Bulan berjalan begitu cepat. Ziaroh ke rumah sudah beberapa kali dilakukan Kak Nashar. Kurang lebih menurut saya, ya... agar bisa saling kenal dan mendapatkan perhatian. Hehe.... Proses ta'aruf dimulai November 2013. Proses yang menurut saya cukup singkay. Hingga akhirnya kedua keluarga setuju melakukan akad dan resepsi pada Februari 2014. Makin sumringah saja si Nana :D.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline