Lihat ke Halaman Asli

Teori Emotional Intelligence dari Daniel Goleman

Diperbarui: 17 Januari 2025   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

   Secara praktis, ini berarti menyadari bahwa emosi dapat mengendalikan perilaku kita dan memengaruhi orang lain (secara positif dan negatif), serta mempelajari cara mengelola emosi tersebut -- baik emosi kita sendiri maupun emosi orang lain.

   Mengelola emosi sangatlah penting terutama dalam situasi ketika kita sedang tertekan. Misalnya, ketika:

-Memberikan dan menerima umpan balik

-Memenuhi tenggat waktu yang ketat

-Menghadapi hubungan yang penuh tantangan

Tidak memiliki cukup sumber daya

-Menavigasi perubahan

Bekerja melalui kemunduran dan kegagalan. 

   Dalam bukunya Working With Emotional Intelligenc e, Daniel Goleman mengutip penelitian Sekolah Bisnis Harvard yang menetapkan bahwa EQ berperan dua kali lipat daripada IQ dan keterampilan teknis yang digabungkan dalam menentukan siapa yang akan sukses.

   Harvard Business Review tahun 2003 melaporkan bahwa 80% kompetensi yang membedakan orang dengan kinerja terbaik dari yang lain berada dalam ranah Kecerdasan Emosional.

   Selama bertahun-tahun bekerja dengan berbagai organisasi terkemuka di seluruh dunia, kami telah belajar bahwa orang-orang terpintar dalam suatu organisasi tidak selalu yang paling efektif. Yang membedakan karyawan yang paling produktif dari yang rata-rata adalah EI.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline