Lihat ke Halaman Asli

Desti Rahmadani

Mahasiswa_Pendidikan Guru Sekolah Dasar/Fakultas Ilmu Pendidikan_Universitas Negeri Makassar

Saat Buka Puasa tapi Belum Waktunya

Diperbarui: 15 Maret 2022   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saat masih kecil, puasa Ramadhan terasa sangat berat. Masih pagi tapi perut sudah membuat kegaduhan didalam dan meronta-ronta meminta makan. Aku ingat saat umurku baru menginjak sekitaran 7 tahun, dan ibu menyuruhku untuk belajar berpuasa. Tapi saat itu, ibu membeli sirup berwarna merah yang sangat digemari anak seusiaku waktu itu. Begitu mengunggah selera, apalagi saat dicampur air es di saat yang terik, Wah!! bikin segar!, Tapi aku tetap berusaha untuk menahan rasa lapar dan hausku.

Saat jenuh dan bosan menunggu buka puasa, aku pergi bermain bersama teman-teman yang lain. Saat era 2000-an dulu, eranya bermain seru-seruan bersama teman di saat bulan puasa. Kami bermain salah satu permainan yang dalam bahasa bugis disebut Ma'Boy, yaitu permainan yang dimainkan oleh 2 kelompok yang terdiri atas 5-8 orang dalam satu kelompok. Dalam permainan ini, salah satu kelompok menjadi penyusun batok kelapa yang harus tersusun rapi agar tidak jatuh dan semua batok yang ada di situ harus disusun.

Kelompok yang lain berusaha untuk mencegah kelompok ini untuk menyusun batok kelapanya dengan melempar bola kasti untuk mengenai anggota-anggota kelompok lain yang berusaha untuk menyusun batok kelapa ini. Dan anggota yang dikenai bola akan tereliminasi satu persatu sampai ada yang berhasil menyusun batok kelapa itu. Kalau tidak berhasil, maka tim ini akan kalah dan perannya akan gantian dengan kelompok yang lain. Begitu seterusnya sampai ada yang berhasil menyusun lebih banyak.

Permainan itu sangat seru dan menyenangkan, jadi kami tak merasa bosan. Ketika hari mulai gelap, menandakan akan tiba buka puasa, kami sudahi bermainnya dan bersiap untuk buka puasa.

Hari pertama puasa mungkin agak lancar, tapi hari berikutnya akan tambah berat. Ada kejadian lucu saat puasaku tiba-tiba batal. Hari itu setelah bermain bersama teman-teman aku lupa bahwa aku tengah puasa. Dengan santainya aku langsung membuka kulkas dan membuat minuman sirup berwarna merah, lalu meneguknya dengan perasaan tanpa bersalah.

Tiba-tiba Ibu melihat, tapi aku tetap melanjutkan meminumnya dengan santai, tapi beberapa detik kemudian aku ingat bahwa aku sedang puasa, Astagfirullahalazim! Sirupnyapun habis tanpa sisa.

Aku hanya tersenyum tipis sambil menutup kembali kulkas yang masih terbuka. Ibu tidak memarahiku, beliau hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala. Namanya anak kecil yah! masih belajar. Kalau diingat pengalaman itu jadi nostalgia, hahahah....

Selain bermain, kegiatan kami saat Ramadhan kami isi juga dengan mengaji. Bagi anak-anak yang kurang mampu mereka mengaji di rumah guru kami. Saat itu, guru kami memberi kami sarung yang sangat bermanfaat bagi kami. Walaupun hanya sarung, tapi bagi kami itu sesuatu yang berharga. Sarung itu kemudian kami hadiahkan kepada orangtua kami. Yang nantinya digunakan untuk beribadah ataupun yang lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline