Lihat ke Halaman Asli

Jangan Takut Bermimpi Tinggi, Ini Buktinya

Diperbarui: 26 November 2018   19:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Desthalia Florenza

Banyak gadis perempuan yang memimpikan menjadi seorang model atau peragawati. Dengan stigma masyarakat mengenai model yang hidup mewah dan glamor, pekerjaan ini semakin diimpi-impikan oleh mereka. 

Namun sayangnya, untuk menjadi seorang model diperlukan banyak hal yang mendukung, mulai dari berat badan dan tinggi badan, bahkan wajah yang unik dan menarik juga hal lainnya.

Hal ini jugalah yang terjadi pada Desthalia Florenza (17), salah seorang model di Ivy Model Agency. Mimpinya menjadi model hanya ia jadikan sebagai lelucon semata, sementara ia bermimpi menjadi seorang wanita multi talenta yang bekerja di banyak bidang.

Terpilih menjadi salah satu model di Ivy Model Agency merupakan salah satu kado early Christmas terindah baginya. Bagaimana tidak, pada tanggal 12 Desember 2016 ia dihubungi oleh Ivy Model Agency untuk segera bertemu dan menjadi salah satu bagian dari agensi tersebut.

Menjadi seorang model bukanlah sesuatu yang ia anggap mungkin bisa terjadi baginya. Meskipun ia memiliki angan tersebut, banyak hal yang menjadi pertimbangan sebelum ia menerima tawaran tersebut.

"Dari kecil aku gak pernah percaya diri dengan tubuhku yang kurus. Begitu ada tawaran menjadi model, orang tuaku ada yang mendukung dan ada juga yang tidak. Papa mau agar aku fokus sekolah dulu sedangkan Mama berpikir memulai karir di dunia modeling sejak dini adalah langkah yang tepat. Tapi mereka selalu menegaskan pilihan ada di tanganku sendiri, karena ini hidupku," ujarnya ketika ditemui di salah satu kedai kopi di Kemang (25/11). 

Tentu ia harus mempertimbangkan kedua pandangan berbeda itu. Namun akhirnya ia memilih untuk menerima tawaran tersebut dan berjanji agar dapat terus mempertahankan prestasi di sekolah. Tentunya bukan suatu hal yang mudah untuk menjalankan dua peran berbeda sekaligus, sebagi seorang pelajar dan pekerja modeling industry yang menuntut profesionalitas.

Ia mengisahkan saat ia harus membolos sekolah untuk photoshoot suatu lini pakaian dan masuk sekolah di hari berikutnya. "Iya, waktu itu aku pernah ada job photoshoot di Anyer, berangkat jam 5 pagi dan pulang sampai rumah jam 1 pagi, besoknya sekolah. Pernah juga waktu itu photoshoot Habis pulang sekolah dan sampai rumah pagi juga, besoknya aku ada test IT, alhasil gak belajar sama sekali lalu remedial," kisahnya sambil tertawa.

Meski mengalami penurunan nilai yang juga membuat para guru terkaget, ia mengakui hal ini memberinya beberapa pandangan baru. Ia menjadi sosok pribadi yang lebih percaya diri akan karakter dirinya sendiri. 

"Aku dipilih menjadi model, karena mereka melihat wajahku unik. Di situ aku sadar, kita tidak bisa menetapkan satu standar untuk semua orang. Setiap orang punya caranya sendiri untuk bisa stand out, tanpa mengurangi nilai dari orang lain itu sendiri. Kita gak bisa berekspektasi agar semua orang sama, setiap orang punya nilanya masing-masing yang gak tentu banyak orang lain punya," jelasnya.

Dari kisah ini, kita bisa belajar bahwa selama kita berani bermimpi maka pasti akan ada jalan yang disediakan untuk kita mendapatinya. Jangan pernah takut bermimpi, guys.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline