Lihat ke Halaman Asli

Mata Pelajaran IPA Anak SD Dihapus?

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dari berita Kompas.com yang saya baca hari ini berjudul“Yohanes Surya: IPA Dihapus, Pembodohan secara Nasional”, sungguh agak mengagetkan karena ada integrasi antara mata pelajaran IPA dengan Bahasa Indonesia. Saya kurang mengerti bagaimana metode mengintegrasikannya, yang jelas berdasarkan berita tersebut, sekitar 60 – 70 % mata pelajaran IPA akan dipangkas untuk siswa-siswa SD.

Bagaimana nanti penilaiannya? Apakah pertanyaan IPA tapi jawabannya dilihat dari penataan kalimat subjek predikat objek keterangan, tanda baca yang tepat, sastra alam dll juga belum tau.

Yang jelas, saya sebagai orang awam jadi bingung. Bukankah IPA itu salah satu pelatihan logika berfikir yang mestinya sudah ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. IPA sama pentingnya dengan pelajaran ilmu social , penanaman akhlak dan kenegaraan.

IPA melatih berpikir Bagaimana kesetimbangan jembatan terjadi, bagaimana daur makhluk hidup, bagaimana alam diciptakan, bagaimana kinerja dari alat-alat bantu, bagaimana udara mengisi ruangan. Hal-hal seperti itulah.

IPA atau sains (science) secara arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains.

Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa

Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably Joint”

IPA merupakan dasar dan juga proses langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.

Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas. Intinya IPA mengajarkan pola piker yang cukup rasional dan logika terstruktur

Kalau memang dianggap memberatkan, harusnya jangan mata pelajarannya yang di sederhanakan, tapi bagaimana pendidik menyampaikannya yang harus diubah polanya, agar hal-hal yang terasa sulit menjadi lebih mudah diterima akal pikiran anak-anak.

Aneh banget, dimana gencar-gencarnya dunia membangun peradaban, bagaimana riset menjadi hal yang sangat krusial akhir-akhir ini, tetapi di Indonesia IPA malah disederhanakan.

Apa ini malah ga menyulitkan anak-anak, nantinya begitu masuk SMP , IPA nya langsung diberikan bejubel tanpa dasar kuat dimasa sekolah dasar, entahlah apa pertimbangan pemerintah saya juga ga tau.

Berdasarkan pengalaman saya sendiri sewaktu SD, dulu saya memang agak kesulitan belajar IPA karena sulit nyambungnya, guru saya menjadikan IPA semacam pelajaran hafalan. Menghafalkan planet , menghafalkan proses terjadinya gerhana, dll.

Tapi untungnya di kelas 6, saya menemukan guru les yang sangat-sangat aplikatif dalam mengajarkan ilmunya. Beliau selalu menggunakan alat peraga sederhana yang mudah diterima oleh otak saya, dari situ saya dan teman-teman mulai bisa menerapkan logika berfikir.

Apa pengintegrasian IPA ini benar terjadi atau hanya wacana. Entahlah? Semoga tidak hanya program yang tanpa dasar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline