Lihat ke Halaman Asli

Dosen Pintar Banyak! Tapi Pada "Pelit Ilmu"?

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13387860481330725734

[caption id="attachment_192598" align="aligncenter" width="400" caption="goblog-banged.blogspot.com"][/caption]

Dosen yang merupakan kaum intelektual pastilah pintar secara akademis, sudah ga diragukan lagi, lha wong mereka pada lulus S3 minimal S2 bahkan menyandang gelar profesor segala.

Tapi mahasiswa apa butuh dosen yang pintar ? ya jelas lah ..ABSOLUTELY..yang dicari dosen yang mumpuni, kalau ga mumpuni bisa berabe dong, hanya saja sayangnya pada kenyataannya banyak dosen yang ga komunikatif dalam menerangkan ilmunya ke mahasiswa. Kesannya jadi dosen yang pelit ilmu gitu.

"Pelit ilmu" disini tentunya bukan dalam arti sebenernya dan mungkin ga disengaja, yang namanya dosen , pendidik pastilah ingin melihat  anak didiknya pintar, bahkan kalau perlu melebihi kepintaran dosen itu sendiri suatu saat nanti.

Pernah ada seorang Profesor saya, yang bilang bahwa tolok ukur kesuksesan dan kebahagiaan terbesar seorang pendidik adalah saat melihat anak yang dididiknya jauh lebih pintar dan melesat kariernya dibanding dosennya. Beliau bilang kebahagiaan itu muncul sebagai apresiasi atas “orang tua” yang melihat anaknya sukses, dan yang kedua sebagai indikasi bahwa proses “transfer ilmu” berhasil.

Pelit ilmu yang saya maksud adalah, seringkali gaya menerangkan mereka di depan kelas ga interaktif dan cenderung monopoli ala “dosen feodal” yang kebenarannya ga bisa dibantah dan didiskusikan. Lebih parah lagi penjelasan mereka hanya dipahami oleh mereka sendiri, sehingga boro-boro mahasiswanya bisa paham dan mengerti, kadang mendengarkan aja susahnya minta ampun, lha kedengarannya hanya “bla..blup..blup, ga jelas”.

Ada pula yang apatisnya kebangetan, mahasiswanya diumbar buat belajar sama asistennya (masih lumayan) atau bahkan belajar sendiri. Jangan salah, dosen yang ngumbar mahasiswa bukan berarti dosen yang begini ga mumpuni, sebenernya saking mumpuni dan bagusnya reputasi mereka maka mereka laku dimana-mana. Laku seminar di berbagai instansi, banyak penelitian, banyak project bersama pemda, swasta, bahkan beredar diberbagai kantor kementerian dan merangkap jadi wakil rakyat.

Nah, karena kesibukan mereka yang ruarr biasa itu maka beliau-beliau jarang hampir ga pernah ngajar di kelas, jadi gimana kita bisa paham coba? Mahasiswa yang punya inisiatif sih mengatasi ini dengan belajar ke kakak tingkat atau ke kelas lain yang dosennya lebih baik, biar sedikit-sedikit bisa ngerti meskipun ga bakal maksimal.

Sebagai mahasiswa, harapan saya adalah setiap pendidik entah itu dosen entah itu guru memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan siswanya. Dan yang pada sibuk, hendaknya masih menyisihkan tugas utama mereka yaitu mengajar, mentransfer ilmu dan mendidik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline