Trauma psikologis dapat memengaruhi kemampuan anak untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, termasuk orang tua mereka. Di sisi lain, komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat membantu dalam pemulihan dan mengurangi dampak trauma. Ketika trauma yang dialami anak tidak ditangani dengan benar, maka tumbuh kembangnya bisa akan terhambat.
Oleh karena itulah, orang tua perlu tahu apa saja gejala yang bisa dialami pada anak yang mengalami trauma. Anak yang mengalami trauma harus diberi perhatian lebih agar trauma yang menyelimutinya tidak mengganggu tumbuh kembang dan kehidupan sosialnya. Karena ini orang tua harus bisa berperan aktif dalam komunikasi tentang trauma psikologisnya terhadap orang di sekitarnya dan memiliki harapan yang baik karena semua orang tidak ada yang sempurna juga butuh dukungan saat masih anak-anak dan perjalanan hidup masih bisa diperbaiki untuk hidup kedepannya lebih baik.
Perkembangan anak biasanya berlangsung secara bertahap, yang masing-masing memberikan tugas dasar termasuk perolehan regulasi emosi yang seimbang dan penalaran moral. Jika trauma terjadi pada tahap perkembangan tertentu, ada bahaya nyata bahwa keterampilan dan kemampuan yang baru diperoleh dapat berada dalam bahaya.
Yaitu masa kanak-kanak dan hubungan dyadic awal
Di masa lalu, dianggap bahwa anak-anak dikecualikan dari kondisi traumatis, karena mereka tidak menyadari bahayanya. Sebaliknya, hari ini, anak-anak yang masih sangat kecil menanggapi trauma dan penderitaan yang diakibatkannya. Selama tahun pertama kehidupan tidak hanya maturasi neurobiologis yang mempengaruhi proses psikososial, tetapi juga pengalaman sosial. Secara khusus, interaksi dengan pengasuh mengubah struktur otak dan organisasi fungsional serta menjadikan hubungan keluarga awal untuk perkembangan anak menjadi penting.
Gejala Trauma pada Anak
*Perubahan perilaku
Perubahan perilaku pada anak akan terjadi jika dibarengi dengan perubahan emosi anak yang sedang trauma. Selain jadi lebih manja, anak yang tadinya sudah tidak mengompol jadi kembali mengompol karena cemas. Atau anak yang tadinya tidak rewel jadi kembali rewel karena ketakutan.
*Perubahan emosi