Lihat ke Halaman Asli

Desta Aryani

mahasiswi jurusan Psikologi

"Hedon" Berkedok Self Reward, Bolehkah dalam Islam?

Diperbarui: 16 Juni 2022   00:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di zaman milenial sekarang, ada banyak sekali cara untuk membuat diri sendiri senang, salah satunya adalah memberikan hadiah untuk diri sendiri dengan barang atau apapun yang sedang diri kita inginkan. Hal tersebut sering disebut juga Self-Reward. 

Apa itu self-reward?

Self-reward atau penghargaan untuk diri ini biasanya dilakukan oleh masyarakat sebagai cara mereka untuk memberikan apresiasi kepada diri mereka sendiri setelah mereka dihadapi berbagai pekerjaan yang cukup menguras tenaga atau sulit. 

Namun, di balik kata self-reward ini, tidak jarang diantara kita yang hanya menggunakan kedok self-reward tersebut sebagai perilaku hedon atau sebagai tameng untuk menghamburkan uang.

Pandangan Islam Terhadap Perilaku Boros

Dalam islam, kita dianjurkan menjadi hamba yang kuat, bisa kaya harta, berkedudukan tinggi di masyarakat, atau pun menjadi tokoh berpengaruh positif di lingkungan sekitarnya. Namun begitu, kaya harta pun tak boleh diiringi dengan sifat boros, lantas siapakah orang yang boros menurut agama?

Dalam kitab Shahih Bukhari dijabarkan mengenai siapa itu orang yang boros. Dalam sebuah hadis shahih yang diriwayatkan Abu al-Ubaidain, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: 

"Dari Abu al-Ubaidain ia berkata: 'Aku pernah bertanya kepada Abdullah mengenai orang-orang yang berlaku boros (mubadzirin), ia pun menjawab (yang bersumber dari Rasulullah), (yaitu) orang-orang yang membelanjakan hartanya bukan pada kebenaran".

Di era milenial sekarang ini, pola hidup konsumtif masyarakat tersendiri sudah menjadi hal yang wajar. Namun menjadi tidak wajar apabila kita tidak dapat menahan pengeluaran akibat rayu manis produk dan diskon yang ada dimana-mana

Dalam kitab Tafsir Al-Jalalain karya Jalaluddin al-Mahali dan Jalaluddin as-Suyuti disebutkan, orang-orang yang boros ialah mereka yang mengikuti jalan setan. Bahkan orang-orang boros tersebut diibaratkan layaknya saudara dekat setan. Perilaku boros masuk dalam kategori tercela, dan tindakan tercela merupakan kegemaran setan. 

Setan kerap mengajak manusia untuk hidup pelit dan boros. Keduanya memang bertolak belakang, saling berada di kutub sebrang yang cenderung seperti jurang. Padahal, dalam agama hal-hal yang ada di pertengahan lebih dianjurkan dan lebih baik. Bersikap pelit tidak dianjurkan namun bersikap boros juga demikian tidak dianjurkan dalam islam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline