Lihat ke Halaman Asli

Desta Romansyah

Hanya untuk berkarya

Perdamaian Kembali (Returning Peace)

Diperbarui: 5 Februari 2023   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

istockphoto.com

Sikap-sikap membenci dan saling membenci merupakan hal-hal yang sangat fundamental di dalam diri setiap manusia. Dan Seakan-akan ada tombol on-off untuk mengaktivasi akan hal itu. Sikap marah dan membenci merupakan sikap alamiah seseorang ketika mendapatkan sesuatu yang negatif, baik itu caci-makian, tingkah laku orang terhadap kita, dan lisan orang yang tidak terkontrol sehingga mengena di hati kita. Itu wajar, namanya manusia, yang dengan mudah terbawa otomatis untuk marah dan membenci. 

Namun apakah marah dan membenci itu adalah perilaku yang sehat? Kita lihat dulu konteks nya dalam hal apa. Marah ketika kita melihat apa dan marah ketika ada peristiwa apa yang terjadi kepada kita. Begitupun dengan membenci. Sebenarnya kita sebagai manusia ini bisa tidak sih agar supaya tidak terbawa otomatis untuk marah dan membenci? Bisa. Yang pertama kita bisa men-stop dahulu sebelum otomatis impulsif ini menyerang. Kedua, berpikir. 

Berpikir kenapa kita harus marah dan membenci. Ketiga, assesment (beri penilaian). Untuk apa sebenarnya kita marah dan membenci dan apa manfaatnya bagi kita. Yang keempat, respon. Yaitu merespon diri kita sendiri bahwa ketika kita marah dan membenci, hendaknya kita merespon diri kita sendiri apa yang terjadi pada saat nanti ketika kita marah dan membenci, lebih baik marah dan membenci atau lebih baik diam dan melupakan sesuatu-sesuatu yang diluar kontrol. 

Perdamaian-perdamaian bisa kembali lagi pada saat kita mulai membuka gembok dalam diri kita. Mengativasi lagi gaya hidup normal dan kesehatan mental untuk menjaga stabilitas psikis yang begitu penting untuk dijaga. Kesehatan mental kita mudah tergoyah dengan hantaman-hantaman peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita. Kita sering down, marah, dan membenci pada saat ketika amarah-amarah mulai memanas. Bagaikan percikan minyak tanah kepada api tanpa henti. Untuk membuat api berhenti menyala, ganti percikan itu dengan air. Begitpun dengan kita pada saat kita dihantam kemarahan dan kebencian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline