Lihat ke Halaman Asli

Desta Romansyah

Hanya untuk berkarya

Polemik Filsafat Haram

Diperbarui: 1 Februari 2023   15:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini sebenarnya hanya masalah sudut pandang saja. Dari dulu hingga sekarang filsafat menjadi bahan perdebatan terkait pemberian label haram pada filsafat. Misalnya filsafat haram. Sehingga dengan timbulnya istilah haram atau kataknlah label haram pada filsafat, banyak sebagian orang yang enggan mempelajari filsafat. Dengan saat ini, filsafat menjadi momok bagi masyarakat yang membencinya. Membenci maksudnya di sini ialah membenci dengan alasan bahwa filsafat bisa bikin gila, stress, bertele-tele, dan... lebih seramnya lagi filsafat dianggap bisa bikin atheis.

         Ada sebuah kalimat dari imam Syafi'i, yaitu "tidak ada yang lebih aku benci daripada ilmu filsafat". Sebenarnya kalau kita jeli terhadap kalimat yang dibuat oleh imam Syafi'i, itu sebenarnya bukan merujuk pada ilmu filsafat, melainkan pada kalam atau teologi dan nufat as-shifat (para penyangkal sifat-sifat Allah). Bagaimana mungkin seorang imam Syafi'i sebagai seorang berilmu membenci ilmu? Kan tidak mungkin. Halal dan haram itu sebenarnya bagaimana kita yang menggunakannya.
            Jadi menurut saya, ilmu filsafat sangat berguna untuk merumuskan pertanyaan yang baik atau yang menjadi awal ilmu, dan bersanding dengan logika yang merupakan salah satu bagian dari filsafat, yaitu untuk menertibkan pikiran. Jadi, segala sesuatu itu tergantung bagaimana kita yang menggunakannya, khususnya dalam ilmu filsafat. Sebenarnya tidak sekadar ilmu filsafat, namun pada ilmu-ilmu lainnya. Perlu diketahui juga bahwasannya banyak kok filosof-filosod muslim, seperti Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Ibnu Thufail, Al-Gazali, dan filosof-filosof muslim lainnya.
              Apakah filsafat bertentangan dengan agama? Khususnya agama islam? Tidak, karena agama merupakan suatu keyakinan yang kita miliki untuk lebih mudah mencapai ke telosnya, yakini kebenaran dengan melalui keimanannya. Sedangkn filsafat, itu sebuah alat berpikir untuk menghasilkan pikiran yang sistematis, logis, analitis, sehingga lebih mudah untuk mencari kebenaran melalui akal atau rasio. Filsafat dan agama memiliki tujuan yang sama, yaitu sama-sama mencari kebenaran. Jadi agama islam tidak mencegah manusia untuk mendalami filsafat, karena berpikir melalui logika adalah sebuah pemikiran yang benar dan tersistematis, bahkan berpikir melalui logika supaya untuk memperkuat kebenaran yang dibawah oleh Al-Qur'an dengan postulat-postulat akal dan pembawaan yang rasional. Dengan demiki filsafat mendapatkan tempat yang begitu luas dalam islam.
                Filsafat sudah ada sejak abad ke-5 SM (sebelum masehi) jauh sebeluk islam turun. Ia berasal dari bahasa Yunani yakni Philo dan Sophia. Yang dimana Philo adalah cinta, sedangkan Sophia adalah bijaksana. Maka filsafat merupakan cinta kebijaksanaan. Ketika isalam datang, filsafat dinilai selaras dengan kata hikmah di dalam Al-Qur'an yang berarti kebijaksanaa. Itulah misi nabi, yaitu mengajarkan Al-Qur'an dan hikmah seperti di firmankan dalam Al-Qur'an pada surah Al-Baqarah ayat 129 dan ayat 269. Al-Qur'an menyebut hikmah sebagai anugerah kebaikan yang besar. Maka filsafat berupata menggunakan anugerah kebaikan yang besar dan melanjutkan misi kenabian, yakni mencapai hikmah atau kebijksanaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline