Industri pangan merupakan salah satu bidang industri yang berkembang pesat di Indonesia. Perkembangan pesat ini didorong oleh permintaan inovasi produk pangan yang terus meningkat. Hal ini menjadikan industri pangan sebagai bagian dari penyedia kebutuhan pangan masyarakat. Sayangnya, tidak semua perusahaan atau industri pangan mau memperhatikan aspek kesehatan konsumen. Padahal, produk yang mereka tawarkan memiliki dampak signifikan terhadap pola konsumsi masyarakat.
Edukasi gizi merupakan salah satu cara efektif dalam mempromosikan gaya hidup sehat. Dengan pengetahuan gizi dan kesehatan yang lebih baik, konsumen dapat membuat pilihan yang lebih bijak dalam mengonsumsi pangan sehari-hari, sehingga berdampak positif terhadap kesehatan mereka. Dalam hal ini, marketing produk industri pangan seringkali diintegrasikan dengan edukasi gizi. Pertanyaannya, apakah edukasi gizi ini hanya menjadi bagian dari strategi komersial industri pangan belaka?
Edukasi Gizi sebagai Strategi Komersial
Integrasi edukasi gizi dalam marketing produk pangan dapat dijadikan sebagai strategi komersial untuk meningkatkan daya jual. Sebagai contoh, klaim sehat pada produk pangan umumnya membuat sebuah produk terlihat lebih kompetitif dibandingkan produk lainnya di pasaran. Namun, meskipun klaim kesehatan pada produk dapat digunakan untuk memberikan manfaat informasi kepada konsumen, industri pangan seringkali hanya memanfaatkannya sebagai alat pemasaran saja.
Saat ini, kesadaran konsumen terkait pola makan dan hubungannya dengan risiko kesehatan semakin meningkat. Menurut penelitian Breen dkk., penjualan produk makanan kemasan sehat di supermarket meningkat sebesar 82% antara tahun 2012 hingga 2014 karena adanya peningkatan kesadaran konsumen akan produk yang lebih sehat. Dengan kata lain, edukasi gizi dalam pemasaran produk dapat dijadikan sebagai strategi efektif guna memperoleh perhatian konsumen untuk membeli sebuah produk.
Edukasi Gizi sebagai Kewajiban Moral
Selain sebagai strategi komersial, integrasi edukasi gizi dalam marketing juga dapat dipandang sebagai kewajiban moral. Dengan menyertakan informasi gizi yang akurat melalui iklan, situs web, atau media sosial, industri pangan dapat membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait gizi dan kesehatan.
Menurut Wills, iklan yang menyampaikan pesan atau klaim kesehatan tidak hanya menarik perhatian konsumen, tetapi juga membentuk cara pandang mereka terhadap makanan tertentu. Hal ini penting menjadi perhatian, mengingat penyebaran informasi terjadi dengan sangat cepat dan masif di era digital ini.
Karena benefitnya yang cukup menggiurkan, klaim kesehatan seringkali disalahgunakan dengan beredarnya klaim palsu untuk membuat sebuah produk pangan terlihat lebih baik dibandingkan kompetitor. Contohnya, klaim bahwa sebuah produk pangan dapat menyembuhkan penyakit tertentu. Jika dibiarkan, praktik semacam ini dapat menimbulkan bahaya kesehatan bagi konsumen.
Di tengah maraknya misinformasi mengenai gizi dan kesehatan, edukasi gizi yang akurat melalui marketing produk dapat menjadi solusi. Suasana profesional dalam marketing produk industri pangan diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih berkualitas. Hal ini tentunya harus didukung oleh standar etik yang berlaku. Selain itu, informasi yang disampaikan harus valid dan berdasarkan fakta ilmiah. Penyampaian yang inklusif juga sangat diperlukan agar edukasi ini dapat menjangkau semua lapisan masyarakat.
Edukasi gizi dalam marketing produk bukan hanya strategi komersial yang menguntungkan, tetapi juga kewajiban moral untuk mendukung kualitas kesehatan masyarakat. Dari segi bisnis, edukasi gizi memang dapat memberikan eksposur yang lebih besar terhadap suatu produk. Tetapi, perusahaan atau industri pangan tetap memiliki tanggung jawab secara moral dalam berinvestasi terhadap kesehatan konsumen sebagai komitmen jangka panjang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI