Lihat ke Halaman Asli

Dessy Try Bawono Aji

Kompasianer Pemula

Cinta Tak Bisa Disalahkan

Diperbarui: 19 Februari 2020   03:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber:https://paragram.id/berita/kata-kata-cinta-segitiga-ini-pasti-pas-buat-kamu-deh-4910)

PROLOG

Aku takmenyangka jika ternyata Restu menikahinya. Setengah terkejut aku sewaktu mendengar kabar itu dari kawan baikku, setelah hampir 3 tahun tak pernah berjumpa. Apa boleh dikata, cinta tak bisa disalahkan. Hanya saja baru aku sadar tentang arti pertanyaan-pertanyaan Restu yang terakhir dilontarkan, betapa bodohnya aku waktu itu. Tapi memang aku tidak merasa ada yang berubah dalam tiap sikap, senyum ataupun tawanya sebulan sebelum kami berpisah, semua tampak baik-baik saja. Ibarat petinju di atas ring, aku dipukul k.o. bukan oleh lawanku melainkan oleh rings girl yang berkeliling ring membawa piala kejuaraan.

Quote:

Cerita ini secara garis besar didasarkan pada kisah yang TS alami sendiri, dengan sedikit/banyak penambahan adaptasi cerita.
Semua tokoh dalam cerpen ini riil, hanya namanya disamarkan dengan beberapa karakter yang dipertukarkan.
Demikian pula setting lokasi juga riil, hanya beberapa tidak TS sebutkan namanya agar tak membatasi imajinasi pembaca.

Selamat Membaca !



Pindah Kost

Kisahku ini berawal sejak aku meninggalkan kost lama yang jaraknya terlalu jauh dari kampus. Setelah 4 semester kuliah, kawan baru pun semakin banyak. Salah seorang kawan waktu itu kasih kabar kalau di rumah tempat dia nge-kost ada kamar kosong karena penghuninya sudah selesai wisuda dan memutuskan pulang kampung. Tanpa pikir panjang, sore itu aku langsung menemui ibu kostnya sepulang kuliah dan memberi DP agar tidak disewakan ke orang lain sampai aku ada waktu untuk pindahan. Rumah kost kawanku ini banyak yang ngincer soalnya, sebab jaraknya yang dekat dengan kampus, strategis dan terletak di gang yang tergolong tenang.

Di semester ke lima ini jadwal ke kampus padat banget, cuman Minggu satu-satunya hari yang bersahabat. Maka kuputuskanlah hari itu untuk memboyong barang-barangku dari kost lama ke kost an yang baru, empat hari setelah ibu kostnya kutemui. Tak sampai 2 jam semua barang sudah terangkut, berkat bantuan junior yang masih semi diplonco di awal semesternya. Semasa itu begitulah tradisi yang berlaku di kampusku, mahasiswa baru dibuat bergantung pada seniornya sampai inaugurasi di akhir semester. Jadinya mereka mudah nurut jika dikasih tugas seniornya, apalagi aku waktu itu termasuk asisten dosen.

"Gimana man? Udah beres semuanya?", tanyaku yang datang belakangan. Aku meski berpamitan dulu baik-baik sama ibu kos dan 2 temen kos yang pagi itu telat bangun nggak ikut CFD. Dulu sih belum populer Car Free Day namanya, kami biasa menyebut "ngandong", soalnya kendaraan antik berbentuk gerobak roda 2 yang ditarik kuda (Andong) itu dijadikan ikon wisata tiap minggu pagi. Jadi mereka yang pada lari pagi di simpang lima ya berbagi jalan sama andong dan sepeda, khusus di hari minggu dari jam 5 sampai jam 10 pagi. Nah, cewek-cewek biasanya sampai lokasi pada males lari dan pilih naik andong keliling kota, jadilah istilah "ngandong" itu populer sebelum CFD.

"Beres bang! Semua sudah dibersihin, barang-barang sudah semua dimasukin kamar", jawabnya bak sersan lapor ke kolonel.

Ilman namanya, mahasiswa baru yang badannya paling kekar seangkatan. Bokapnya pedagang sayur yang lumayan sukses, punya 2 truk dan 1 pick-up. Nah, pick-up itulah yang dia pakai buat nganterin barang-barangku, makanya cepet kelar kerjaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline