Lihat ke Halaman Asli

Desrilla Ramadani

Mahasiswa S1 Administrasi Pendidkan yang humble dan suka bekerja sama, dan bisa mencairkan suasana

Kesenjangan Beasiswa Perguruan Tinggi

Diperbarui: 28 Mei 2022   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beasiswa dapat diartikan sebagai pemberian dana yang bukan berasal dari Anda atau orang tua tetapi dari pemerintah, swasta, kedutaan atau universitas. Sesuai dengan keputusan pemerintah n. 48 Tahun 2008 tentang Pembiayaan Pendidikan Bagian Kelima pasal 27 ayat 1 mengatur bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memberikan beasiswa atau beasiswa kepada siswa yang orang tua/walinya tidak mampu membiayai pendidikan. Beasiswa adalah hibah pemerintah/swasta kepada pelajar atau mahasiswa dalam bentuk Beasiswa KBBI (2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2011) yang menyatakan bahwa pemerintah berupaya memberikan beasiswa berupa beasiswa bidikmisi untuk meminimalisir penarikan mahasiswa pada saat proses pengajaran. Hal ini sebagai upaya untuk menekan angka putus sekolah dalam rangka meningkatkan prestasi akademik mahasiswa di Indonesia.

Bidikmisi hanya diperuntukan bagi calon mahasiswa yang tidak mampu. Namun, jika melihat fakta bahwa pemerintah memberikan beasiswa kepada Bidikmisi, banyak yang salah kaprah. Pemberian beasiswa Bidikmisi menarik perhatian beberapa pihak karena adanya kesalahpahaman dalam penyaluran dana beasiswa Bidikmisi. Beberapa mahasiswa penerima bidikmisi tidak memiliki profitabilitas yang rendah dan prestasi akademik yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015: 227) bahwa terdapat ketimpangan dalam pemberian bantuan sosial berupa bidikmisi dan subsidi kepada masyarakat miskin.

Ketidaktepatan pemerintah dalam memberikan Beasiswa Bidikmisi dapat mengubah tujuan utama Beasiswa Bidikmisi, yaitu menghidupkan kembali harapan belajar bagi masyarakat kurang mampu dalam rangka memutus mata rantai kemiskinan. Banyak masyarakat yang benar-benar miskin namun tidak mendapatkan beasiswa Bidikmisi, sehingga menjadi beban bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Masyarakat yang tidak memenuhi biaya penerimaan bidikmisi pada akhirnya tidak dapat melanjutkan pendidikan hingga jenjang pelajaran. Hal ini menyebabkan pemerintah gagal mencapai tujuan bidikmisi karena salah tujuan memperoleh beasiswa bidikmisi.

Ketidaktepatan dalam penyediaan dana bidikmisi terlihat dari gaya hidup mahasiswa yang memanfaatkan bidikmisi. Banyak mahasiswa Bidikmisi yang memiliki gaya hidup yang kurang pas, karena konon mahasiswa bidikmisi berasal dari kalangan ekonomi kurang mampu. Namun, banyak mahasiswa Bidikmisi yang menggunakan dana Bidikmisi untuk menunjang gaya hidup mereka. Mereka tidak segan-segan menggunakan dana Bidikmisi untuk kesenangan duniawi, membeli barang-barang yang kurang bermanfaat, pergi berlibur, dan membelanjakan uang untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Segelintir mahasiswa Bidikmisi memiliki gaya hidup yang tidak seharusnya dilakukan oleh mahasiswa Bidikmisi.

Sebagian mahasiswa Bidikmisi tidak mampu menggunakan dana Bidikmisi dengan baik dan menggunakannya untuk menunjang gaya hidup. Namun tidak semua mahasiswa penerima bidikmisi seperti itu, sebaliknya ada beberapa mahasiswa yang menggunakan dana bidikmisi dengan benar. Mereka adalah orang-orang yang kurang beruntung yang layak mendapatkan dukungan keuangan dari pemerintah. Uang yang disumbangkan mendukung hidupnya dan memberikan bantuan kepada orang tuanya. Beberapa siswa juga dapat meningkatkan indeks kecakapan mereka dan lulus tepat waktu sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan secara maksimal.

Dapat disimpulkan bahwa hal ini sangat tidak efektif bagi mahasiswa yang sangat membutuhkan untuk melanjutkan studi dengan dana Bidikmisi. Beberapa mahasiswa yang tidak diharapkan menerima dana bidikmisi akan menempati posisi yang seharusnya diisi oleh mahasiswa yang benar-benar membutuhkan. Mahasiswa yang membutuhkan tidak dapat melanjutkan studinya bahkan ada yang putus kuliah di tengah semester. Oleh karena itu, masalah ini harus diatasi oleh pihak universitas, pemerintah dan mahasiswa itu sendiri.

Semoga tulisan ini memberikan pemahaman pembaca tentang seberapa penting penyetaraan beasiswa di perguruan tinggi. Salam dari saya mahasiswi Administrasi Pendidikan Universitas Jambi. Wassalam, Jambi Indonesia, 27 Mei 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline