Lihat ke Halaman Asli

Desri

Mahasiswa

Korespondensi di Era Digital: Menjaga Etika Komunikasi di Tengah kemajuan Teknologi

Diperbarui: 22 Desember 2024   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, korespondensi---baik itu surat menyurat, email, atau pesan singkat---tetap memainkan peran penting dalam menjaga hubungan antarpihak. Sebagai mahasiswa semester 3, saya merasa perlu untuk mengangkat isu mengenai bagaimana korespondensi berkembang dan betapa pentingnya menjaga etika komunikasi di era digital ini.

* Perubahan dalam Dunia Korespondensi

Dulu, korespondensi identik dengan surat fisik yang memerlukan waktu untuk sampai kepada penerima. Kini, dengan adanya email, pesan teks, hingga aplikasi pesan instan, proses tersebut menjadi jauh lebih cepat dan efisien. Namun, meskipun teknologi telah mempermudah kita untuk berkomunikasi, banyak yang melupakan pentingnya etika dalam berkorespondensi.

* Etika Korespondensi yang Sering Terabaikan

Salah satu masalah utama dalam korespondensi digital adalah ketidakpedulian terhadap norma-norma yang ada. Sering kali, orang terburu-buru dalam mengirimkan pesan tanpa memikirkan dampaknya. Pesan yang terlalu singkat dan tidak jelas, penggunaan bahasa yang kasar atau tidak sopan, hingga pengabaian terhadap waktu yang tepat untuk berkomunikasi, bisa merusak hubungan yang telah terjalin.

Dalam konteks email, misalnya, banyak orang yang mengabaikan penggunaan subjek yang relevan, atau bahkan mengirimkan email tanpa salam pembuka dan penutupan yang baik. Hal-hal kecil seperti ini, meskipun terlihat sepele, mencerminkan kesan kurangnya penghargaan terhadap orang lain.

* Tantangan bagi Generasi Muda

Sebagai mahasiswa yang berada di era digital, kita dituntut untuk bisa beradaptasi dengan cepat terhadap kemajuan teknologi komunikasi. Namun, adaptasi ini harus diimbangi dengan pemahaman tentang etika komunikasi. Kita tidak bisa begitu saja menyamakan percakapan di media sosial dengan korespondensi formal dalam konteks akademik atau pekerjaan. Di sinilah tantangan kita, sebagai generasi muda, untuk bisa menyeimbangkan antara kecepatan komunikasi dan kualitas komunikasi yang baik.

* Korespondensi sebagai Cermin Kepribadian

Sering kali kita lupa bahwa korespondensi, meskipun bersifat digital, adalah cermin dari kepribadian kita. Bagaimana cara kita berkomunikasi menunjukkan sejauh mana kita menghargai orang lain. Dalam dunia profesional maupun akademik, korespondensi yang baik dapat membuka banyak peluang, sedangkan yang buruk dapat merusak citra diri kita.

Sebagai mahasiswa, menjaga kualitas korespondensi sangat penting. Tidak hanya untuk membangun jaringan yang baik, tetapi juga untuk mengasah kemampuan komunikasi yang kelak akan bermanfaat di dunia kerja. Dengan memahami etika dalam berkomunikasi, kita bisa memperkuat hubungan dengan dosen, teman, atau bahkan calon rekan kerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline