[caption caption="pic: theodysseyonline.com"][/caption]
Aku tuliskan surat ini kepada Pebrianov.
Peb, malam ini aku kencani rembulan. Pada bulat peraknya yang sempurna, kuukirkan cerita. Bulan saksikan ribuan kucing kawin di malam, tanyanya: kapan kalian kawin?
Peb, malamku berkawan ilalang. Angin hadirkan dingin dan bawa pergi daun-daun kering yang seharian temaniku di tepi. Sungguh menjengkelkan kala perginya tinggalkan seru: kekasihmu hilang!
Peb, sungguh aku tak merindu pulang. Kau tahu? Di rumah ada banyak kenang tentangmu. Kursi rotan yang selalu kau duduki bersama kopi, meja makan di mana kau selalu minta pertebal olesan mentega, juga di dekat jendela kayu saat kau terakhir kali lingkarkan tanganmu pada pinggangku.
Peb, aku di tepian danau. Telah siap dengan pancing dan jaring. Akan kubawakan banyak bintang untukmu. Kau inginkan berapa? Katakan padaku.
Peb, nyawaku milik malam, rindu pun demikian. Bintang terjaring, lenyap di pagi. Akankah penantian bertemu percuma? Kau yang tahu jawabnya.
Surat ini telah selesai sebelum berjumpa pagi.
-oOo-
Ikuti Event Surat-menyurat di SINI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H