“Untuk apa kau datang kemari?”
Ia memasuki kamarku seperti pencuri.
“Masih belum puas dengan apa yang kau lakukan padaku semalam?”
Pria itu membuatku tergila-gila. Dulu.
“Kau membuatku berdosa!”
Selangkah lagi ia akan berhasil menyentuhku. Dan benar!
“Pelankan suaramu, sayang.”
Menjijikkan. Sangat menjijikkan. Jika mampu, sudah kumuntahkan sesal pada mukanya.
“Jangan kau seret dosa di tempat ini, sayang. Dosa tak lagi berkuasa. Kau jadikan dosa serupa adonan kue yang kemudian kau nikmati sendiri.”
Aku mencintainya melebihi cinta pada ibuku. Dulu.
“Tidak ada yang lebih baik selain tidak mengenalmu!”