Lihat ke Halaman Asli

DesoL

TERVERIFIKASI

tukang tidur

[Bulan Kemanusiaan RTC] Bau Sampah

Diperbarui: 27 Juli 2016   15:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pic: cabinetbank.wordpress.com

Langit yang gelap itu mulai gerimis. Banyak orang segera mengosongkan jalanan. Berteduh. Yang memakai sepatu hak tinggi dengan rok mini, berbedak tebal lengkap dengan gincu merah tuanya, mengambil tisu dari tas kulitnya. Diserapnya titik-titik air yang membasahi rambutnya. Setelah dirasa cukup kering, ia membuang tisu-tisu itu begitu saja. Manusia jaman sekarang hampir tak mengenali tong sampah yang berjejer di depan mereka.

Sebuah botol plastik kosong menggelinding ke arahku. Seseorang baru saja membuangnya. Aku mengambilnya, beraroma jeruk. Aroma itu mengingatkanku pada Bapak. Tahun lalu, pada lebaran hari pertama, Bapak membawa sekantong jeruk. Aku dan adikku saling berebut dan mulai sibuk membaginya untuk kami berdua.

Aku berjalan mendekati kerumuman orang yang menurutku berpakaian sangat bagus. Mereka sibuk dengan perangkat elektronik pada tangannya masing-masing. Ada yang mengetuk-ketuk, mengusap-usap, bahkan betah memelototinya selama berjam-jam.

“Hei, mengapa kau mendekati kami? Pergilah! Kau bau sekali!”

Salah satu dari mereka memencet hidungnya, mengibas-ibaskan tangannya, mengusirku.

“Maaf, aku hanya ingin mengambil botol-botol itu.”

Mereka membukakan jalan untukku. Lebar sekali. Seakan-akan mereka tak ingin bersentuhan denganku. Mungkin di mata mereka, aku mirip tahi ayam. Kotor dan bau.

Ya, aku memang kotor dan bau. Setiap hari aku hanya berteman dengan sampah-sampah. Tak heran jika kawan-kawanku mengataiku: bau sampah.

Aku memungut botol-botol plastik kosong itu. Kaki-kaki mereka berlomba menghindarku. Beberapa di antara mereka memilih untuk berpindah tempat. Aku hanya bisa tersenyum, sebab tak ada lagi yang lebih melegakan dari pada itu.

Krek. Krek. Krek.

Kuputar penutupnya, kukeluarkan sisa-sisa air, kuremas botol plastik, kumasukkan dalam karung. Begitu seterusnya hingga senja menjemput pulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline