Lihat ke Halaman Asli

DesoL

TERVERIFIKASI

tukang tidur

[HUT RTC] Tuan Tuhan, Bukan?

Diperbarui: 2 Maret 2016   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="pic: photopeka.com"][/caption]

minggu pertama (terinspirasi oleh puisi)

Seharian saya hanya bisa terbaring di atas tempat tidur. Saya tidak sakit seperti yang kau duga. Saya hanya mengalami kelemahan tubuh di beberapa bagian. Jangan pernah mendoakan saya lekas mati, sebab saya masih ingin melihat hari berganti.

Kata ibu saya –kebetulan sudah almarhum, sakit itu tidak enak. Yang namanya sakit akan mampu menggunduli rambut, membuat mimisan, batuk berdarah atau bahkan pingsan secara tiba-tiba. Saya sering melihat ibu mengalami penderitaan itu.

Kemarin saya masih berlarian di kebun gandum nenek dan saya juga masih sempat bermain-main dengan senja. Semuanya menjadi tidak mengasyikkan ketika saya terjatuh dan berdarah. Kau tahu bagian mana yang berdarah? Hidung, bukan lutut atau siku. Saya berlari ke sungai, membasuh hidung dan hasilnya percuma. Nenek mendapati saya menangis di bawah pohon ceri sebelum akhirnya membawa saya pulang.

Malam ini nenek tidak ada di rumah. Nenek pergi dan katanya sedang memanggil seorang tabib. Saya sudah berusaha berbicara kepada nenek bahwa saya baik-baik saja namun nenek tak mendengar. Saya juga mencoba untuk menghalangi kepergiannya namun diabaikan. Dan kini, kau datang berkunjung ke rumah ketika nenek sedang pergi.

Tuan Tuhan, bukan? Tunggu sebentar saya sedang keluar. Jika saya sudah kembali pada tubuh yang terbaring itu, maka saya akan buatkan kopi untuk Tuan.”

-oOo-

Terinspirasi dari puisi Sapardi Djoko Damono “Hujan Bulan Juni”

Tuan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline