[caption caption="pic: desktopwallpapers4.me"][/caption]
Sepertinya, aku memang jatuh cinta. Ribuan rinduku terbang, hinggapi batang hidung mancung di antara dua bola mata cokelat itu. Aku begitu terpikat, jiwaku berlompat-lompat, sorakkan kerinduan besar.
Ada pemilik hati yang bercerita tentang hujan kemarin siang, juga pandangnya yang terhalang buram kaca jendela. Pemilik hati yang adalah dirimu, berlompat-lompat bersama hujan, cumbui setiap kata rindu yang terajut sendu.
Hatimu bergetar pada setiap nada-nada rindu yang kualunkan, lalu beresonansi penuhi rongga dadamu. Hujan tertawakan kebisuanmu tepat di depan untaian kata-kata ratu. Masihkah kau membeku?
Mata cokelat yang kuselami di bawah remang rembulan, bukanlah matamu. Mata cokelat yang buat kakiku terlukai panasnya pasir-pasir, bukanlah matamu. Mata cokelat yang kucumbui berulang kali, bukanlah matamu.
Beraninya kau akui mata itu milikmu!
Jatuh cintakah kau padaku, Tatank?
Jatuh cintakah kau pada tatapku yang bukan untukmu? Jatuh cintakah kau pada senyumku yang bukan untukmu? Jatuh cintakah kau pada belaiku yang bukan untukmu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H