Lihat ke Halaman Asli

DesoL

TERVERIFIKASI

tukang tidur

[Jokowi] Ibu, Mengapa Kita Tetap Miskin?

Diperbarui: 19 Desember 2015   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="pic: pixoto.com"][/caption]

1/

Bocah kurus kering duduk di samping rel.
Amati ekor kereta yang baru saja lewati dirinya.
Sampah-sampah plastik dipungutnya.
Dijualnya pada Abah Ali yang katanya kaya.
“Kapan hidupmu tak lagi terlunta-lunta?” Abah Ali bertanya.

Diam.

Bocah kurus kering keluarkan botol plastik.
Satu, dua, tiga, empat, hingga sepuluh.
Diletakkannya yang sejumlah sepuluh di atas meja.
Abah Ali hisap cerutu.
“Dua ribu untukmu!” Abah Ali lemparkan selembar dua ribu.

2/

Bocah kurus kering berjalan di atas rel.
Dimainkannya kerikil dengan kakinya yang dekil.
Digenggamnya selembar dua ribuan pada tangan kirinya.
Bibirnya ukirkan senyuman.
“Sepotong roti untuk ibu,” katanya.

Jatuh.

Bocah kurus kering tersungkur pada batu-batu.
Seorang pemuda menendangnya.
Seorang lain merogoh sakunya.
Sisanya mengambil dua ribu yang tergenggam.
“Itu uangku! Kembalikan!” teriaknya.

3/

Bocah kurus kering teluka.
Pelipis kanan berdarah.
Pincanglah dalam berjalan.
Dengan air mata tertahan sebagian.
“Uang itu memang bukan untuk ibuku,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline