Lihat ke Halaman Asli

DesoL

TERVERIFIKASI

tukang tidur

Tartaros

Diperbarui: 4 Agustus 2015   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sini gelap. Seperti saat kau begitu membenci gelap, namun harus berpelukan tiap malam dengannya. Tidak ada yang tahu kapan kegelapan akan berakhir, pun juga aku. Air mata membeku, sebab gelap membuat hatiku beku.

“Ros…”

Ada yang memanggilku. Aku lebih suka hidup dalam diam. Mengacuhkan semua sumber suara. Jika aku melakukannya sepuluh tahun silam, tentu aku masih bisa melihat cahaya.

“Makanlah.”

Makan? Aku sudah sering melakukannya dan aku telah bosan. Melakukan gerakan mulut yang sama, dengan geraham yang saling adu dan juga lidah yang tak sabar menemukan rasa.

“Atau kukupaskan sebutir apel untukmu? Muntahkan jika tak manis.”

Percuma kau tawarkan apel yang kaukata manis. Semua rasa yang ada hanyalah pahit. Kepahitan! Sama pahitnya ketika kau meminum segelas ramuan berwarna hitam pekat. Dan kali ini aku telah meminumnya.

“Aku akan pergi, Ros.”

Pergi saja! Siapa peduli!

“Mari kita lupakan yang telah berlalu.”

Begitu mudahnya kau lupakan sebuah kepahitan. Oh, aku lupa. Bukankah kau tak pernah rasakan apa itu kepahitan? Kau juga tak perlu menguras air matamu seribu hari lamanya di sini. Kau merpati, kini. Dan aku hanyalah gagak hitam yang akan menjemputmu nanti! Ingat! Nanti!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline