Sudah berapa hari anda tinggal di rumah? Sudah ada yang sudah memasuki minggu kedua? Saya juga sudah memasuki minggu kedua di rumah saja.
Itu bagus, karena paling tidak Anda dan saya telah membantu mengurangi beban para dokter dan tenaga medis lainnya agar tak terjadi ledakan jumlah pasien dalam satu periode waktu.
Kita yang mempunyai pilihan dan diberikan kesempatan untuk kerja, belajar, dan beribadah dari rumah, milikilah hati untuk melakukannya. That's the least we can do to help. Tetap semangat, teman-teman!
Tapi, tahukah Anda bahwa tinggal di rumah untuk waktu yang lama itu bisa membuat Anda stres atau depresi menurut penelitian neuroscience.
Ah, tidak mungkin, orang yang rajin beribadah dan puasa tidak mungkin stres. Orang yang positif, sabra, pasrah, dan apa adanya mestinya tidak gampang stres apalagi depresi. Saya yakin, tidak sedikit yang akan berpendapat demikian.
Apa sih sebenarnya stres itu? Stres adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya tekanan. Tekanan ini muncul dari kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri, atau dari luar.
Tubuh bereaksi terhadap tekanan ini dengan respons fisik, mental, dan emosional. Nah, stres dapat menjadi kondisi kronis jika seseorang tidak mengambil langkah untuk mengatasinya. Menurut neuroscience, pada saat kita stres atau depresi, otak kita dibanjiri hormon cortisol dalam waktu yang terbilang lama.
Apa penyebabnya? Ada banyak tentunya. Dari yang kecil saja, hingga yang besar sekali.
*Tak kena sinar matahari saja kita bisa stress.
*Begitu juga ketika tak bisa bertemu orang lain,
*tak bisa leluasa menggerakkan tubuh atau olahraga.