Lihat ke Halaman Asli

Desla Tumangger

Penulis Fiksi

Teruntuk Diriku Sendiri, Berbahagialah...

Diperbarui: 28 Mei 2020   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Mungkin aku, kamu, siapapun itu pernah berada di masa "kehilangan diri sendiri". Kita merasa kacau, takut, jatuh, menyerah, sakit, dan kemudian berada dalam puncak kesepian yang tidak berujung dan merasa sendirian melewati kerasnya problema kehidupan.

Dan lebih parahnya, kita bahkan tidak tahu harus bagaimana lagi dan mulai bertanya-tanya sampai kapan semua penderitaan dan kemelut dalam hidup akan berakhir.

Semua itu wajar, kita hanyalah manusia. Lalu apakah yang harus kita lakukan? Berlarut-larut dalam kekecewaan dan kesedihan? Menangisi keadaan dan memilih menyerah?

Dan disaat bersamaan kita mungkin bakalan mendengar orang-orang bilang,"semangat ya buat kamu. Ih, gitu aja sedih belum seberapa sama masalah si A, si B". Atau adapula yang hanya sekedar manggut-manggut mendengar cerita kita, tapi faktanya nggak peduli sama sekali.

Atau justru, orang-orang yang kita harapkan bisa menemani atau sekedar peduli di saat masa-masa sulit malah tiba-tiba raib bak ditelan bumi. Mungkin teman, keluarga, atau bahkan pasanganpun belum tentu bisa menjadi orang yang bisa mengerti perasaan dan keadaan kita. Nggak heran kalau kemudian kita bilang,"Kenapa sih nggak ada yang bisa ngerti aku". Nah loh...bagian yang salahnya dimana sih?

Bagian yang salah itu ada pada diri kita sendiri. Yes, of course. Bukan berarti sumber masalahnya adalah pasti kita, bisa jadi problema yang kita hadapi saat ini bersumber dari keluarga, lingkungan kerja, kesehatan, dan hal lainnya. Tapi sering kali diri kita yang merupakan sang objek penderita problema terlalu fokus dengan semua yang terjadi sampai-sampai kita "kehilangan diri sendiri".

Gara-gara stress dengan beragam persoalan yang terjadi, kita mulai lupa merawat fisik dan psikis diri sendiri. Alih- alih bersedih, kita lupa untuk sekedar berlari-lari santai di pagi hari. Alih-alih menangisi keadaan, kita lupa membeli semangkuk bubur kesukaan di ujung jalan. Karena berusaha memikirkan ucapan-ucapan orang terhadap kita, fokus menjaga sikap demi menyenangkan oranglain,eh kita lupa jadwal pergi ke salon.

Gengs, sesekali "tidak peduli "itu penting. Bukan berarti lari dari masalah, tapi cobalah kembalikan kamu yang sebenarnya dulu. Jangan sampai kehilangan "the real of you" hanya karena sebuah beban hidup, yang ada malah tidak bisa menemukan solusi terbaik karena kamu sendiri tidak bisa berpikir dengan logis.

Yuk, mulai dari diri sendiri dulu. Cobalah mencintai diri sendiri, meluangkan waktu untuk memanjakan diri,dan mulai mensugesti diri sendiri untuk berbahagia.

Berbahagialah...berbahagialah...berbahagialah. Tentukan sendiri suasana terbaik hatimu untuk menghadapi masalah yang berjubel.

Semua di tentukan oleh kamu sendiri, maka berbahagialah...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline