Pemerintah melalu dinas pariwisata dan budaya semakin gencar menggalakkan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mempromosikan keunikan budaya masing-masing daerah sebagai warisan yang wajib dijaga agar tidak tergerus jaman. Salah satu upaya yang dilakukan semisal mendukung pagelaran festival budaya.
Senin, 25 September 2017 Kabupaten Dairi yang terletak 150 KM dari kota Medan-Sumatera Utara menghelat acara pegelaran budaya yang di namakan Pesta Budaya Njuah- Njuah.
Njuah- Njuah sendiri merupakan kata sapaan atau sambutan dalam bahasa Pakpak, suku asli kota penghasil kopi dan udara dingin yang cukup menggigit. Dikemas dengan balutan nuansa adat Pakpak, para penggunjung didominasi dengan pakain berwarna hitam yang merupakan baju adat khas Pakpak.
Acara ini dibuka secara langsung oleh Bupati kabupaten Dairi, KRA Johnny Sitohang Adinegoro di depan Gedung Nasional Djauli Manik, gedung yang difungsikan sebgai pusat kesenian dan budaya.
Acara dimulai dengan arak - arakan yang diikuti oleh seluruh jajaran instansi pemerintahan, sekolah,organisasi masyarakat, dan seluruh masyarakat yang turut meramaiakan acara. Animo masyarakat tampak begitu besar terlihat dari banyaknya masyarakat yang ikut berkumpul menyemarkkan acara.
Terinsipirasi dengan Jember , pesta budaya kali ini juga mengadakan fashion carnaval sebagai media berkreasi masyarkat. Mulai dari tema ulos, satwa, tumbuhan, dan tema-tema unik lainnya yang mampu mengundang decak kagum.
Meski didominasi dengan pakaian adat Pakpak bukan berarti pakaian adat suku-suku lainnya yang mendiami kabupaten Dairi tidak diikut sertakan. Kontingen masyarakat dengan pakaian adat Karo, Toba, Simalungun, bahkan Cina juga turut menyemarkkan pergelaran budaya. Ini menjadi bukti bahwa dalam kemajemukan agama, suku, dan adat-istiadat, masyarakat tetap bersatu dan hidup berdampingan dengan rukun.
Selain itu, acara juga dimeriahkan dengan persembahan tari-tarian yang memukau. Bergam tari-tarian disuguhkan bak penari -penari profesional, baik itu tarian tradional maupun tarian tradisional yang telah dimodifikasi.
Acara ini akan terus berlanjut hingga bebrapa hari kedepan dengan bergam varian acara yang berbeda. Misalnya, pertunjukan drama kolosal, Fashion Show, Band, Permainan Tradisional, Festival Kopi. Drama kolosal yang paling ditunggu-tunggu Legenda Sicike-cike (Sipitu Marga), legenda yang mempunyai nilai histori yang sangat kuat dan cukup terkenal.
Acara ini diharapkan dapat emndorong perekonomian masyarakat melalui banyaknya kunjungan wisatawan ke kota Sidikalang, termasuk memperkenalkan alamnya yang indah dan hasil pertaniannya yang melimpah ruah. Taman Wisata Iman Sitinjo, Taman Wisata Alam Danau Sicike-cike , Danau Silalahi, Rumah Pohon, Kopi Bubuk Sidikalang, Durian, dan destinasi wisata lainnya.
Selain itu, melalui pegelaran budaya ini diharapakan dapat menjadi helatan tepat dalam rangka memperkenalkan kebudayaan terhadap generasi muda khususnya. Mengingat kemajuan jaman yang membawa kecenderungan generasi muda untuk fokus pada modernisasi tehnologi dan gaya hidup.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagai geneasi milenial, kaum muda dituntut untuk bisa hidup bersaing mengikuti perkembangan jaman. Namun diharapkan agar generasi muda tidak hanya hanyut dalam gerusan kemodernan itu sendiri tetapi tetap bisa mengaktualisasikan diri lewat pelestarian budaya yang merupakan warisan leluhur yang sangat berharga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H