Lihat ke Halaman Asli

Desiwy Widyawaluyanda

Mahasiswi Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas FEBI kampus IAIN TULUNGAGUNG

Di Tengah Pahitnya Kopi Hitam

Diperbarui: 31 Desember 2020   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pinterest.com/Windy Moon

Era revolusi industri membawa beraneka ragam jenis teknologi. Umat manusia pun dituntut memutar otak agar dapat berdampingan dengan zaman. Awal memanglah susah. Namun, jika sudah terbiasa akan nyaman dengan sendirinya. Seperti yang sudah kita rasakan saat ini

Banyak alasan mengapa kita menggunakan gadget. Bisa di katakan gadget sudah termasuk kebutuhan primer untuk beberapa kalangan termasuk saya sendiri. Namun, apa yang kalian lakukan jika gadget itu lenyap tiba-tiba?

Kalian pasti bisa membayangkan, bagaimana paniknya seorang mahasiswi baru yang kehilangan gawainya di tengah pandemi. Sedangkan dia harus kuliah dan bekerja dari situ.

Rencana Tuhan terlalu indah memang. Tak seru jika langsung di jabarkan tanpa kejutan. Laptop saya masih bisa saya gunakan untuk mengabari dosen dan teman kampus saya perkara musibah ini.

Tepat seminggu setelah kejadian itu saya memutuskan mencari lowongan penulis di internet. Saya menelusuri hampir semua website yang muncul di mesin telusur. Namun, pekerjaan penulis kebanyakan harus lulusan S1, sedangkan saya masih MABA (Mahasiswi Baru). Saya hampir ingin menyerah saat itu. Tapi seketika teringat sesuatu bahwa jika keadaan tidak berubah maka saya yang harus berubah.

Akhirnya saya mencari tutorial untuk menulis artikel mengingat kebanyakan dicari penulis artikel dari pada tulisan lainnya hingga pada suatu hari saya tidak sengaja mengeklik iklan yang di tayangkan di samping kanan artikel yang saya baca. Artikel Blog Competition dari JNE. Setelah saya baca dan saya pikir matang, tidak ada salahnya jika saya mencoba mengasah kemampuan menulis artikel saya dengan mengikuti ini.

Dari sinilah sebenarnya titik temunya. Perlahan tapi pasti secuil demi secuil kebahagiaan bersinggah. Mulai dari saya bisa membaca banyak sekali artikel dan bacaan-bacaan yang bisa menambah pengetahuan dan kualitas diri saya. Saya dulu ingin sekali bisa mengetik dengan 10 jari, bisa membaca cepat 400 kata per menit dan dapat memahami teks yang saya baca saat itu, bisa membagi wawasan saya pada adik-adik saya di rumah. Tak terasa ternyata perlahan impian-impian kecil itu terwujud. Dan yang lebih istimewa lagi saya hampir kehilangan rasa malas saya.

Mungkin beberapa orang terkejut mendengar bahwa tingkatan mahasiswa baru bisa melakukan itu semua. Bahkan menganggap bahwa itu hal yang tidak wajar dilakukan mahasiswa. Namun, tiap manusia memiliki latar belakang yang berbeda-beda bukan. Memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing sesuai porsinya.

Sejak saat itu, saya mengerti bahwa alam semesta memang butuh keseimbangan. Saya sangat puas dengan diri saya saat ini berkat Latihan-latihan yang belum sempat saya lakukan di masa lepas. Saya lebih mengerti makna kebahagiaan yang sesungguhnya di umur 20 berjalan ini. Memang saya belum banyak memiliki pengalaman layaknya mereka-mereka di atas saya. Namun, saya bangga lebih bisa menghargai diri saya sendiri dan mengerti bagaimana mencintai diri sendiri dengan hidup saat ini dan merencanakan apa yang dilakukan ke depannya.

Hidup tanpa Hp seakan menjadi cermin untuk merefleksikan diri ke masa yang sudah lewat. Awalnya, berkali-kali saya monolog pada diri sendiri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline