Lihat ke Halaman Asli

Desiwy Widyawaluyanda

Mahasiswi Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas FEBI kampus IAIN TULUNGAGUNG

Gimana Rasanya Kehilangan UN?

Diperbarui: 26 Desember 2020   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ameblo.jp

Wajah itu punya otot. Otot kalau terlalu lama diam kaku juga. Sama halnya kalau kalian tidak tertawa selama 2 jam saja gimana rasanya? Pasti mendadak merasa tua karena wajah kerasa tegang. Di saat itu kita menyadari bahwa semua orang perlu untuk ketawa.

Indonesia butuh ketawa. Tahun 2020 memang tahun ujian untuk kita semua sehingga kita perlu untuk memunculkan kembali gigi Indonesia. Tahun 2020 juga pasti tidak akan terlepas sama yang namanya Corona. Jika di suruh untuk merefleksi, ada sebuah peristiwa yang membuat saya sedikit bekikian sendiri jika mengingatnya namun disisi lain juga membuat saya sedikit bangga dengan diri saya.

Bagi kalian yang lulusan jalur corona pasti merasakan juga dengan hal yang saya ulas kali ini. Ini berkaitan dengan UN. Sebagian siswa disekolah kelas 6 kelas 9 kelas 12 dari awal semester 5 sudah mempersiapkan segala macam mata pelajaran untuk dipelajari. Segala macam materi dari semester 1. Lalu mengikuti bimbingan sana sini, membayar les, buku tambahan dan lain sebagainya. Namun, seketika kecewa bukan main saat mengetahui bahwa UN tahun 2020 dihapus. Rasanya sia-sia sekali belajar ke sana kemari, uang hilang begitu saja, ternyata bisa lulus dengan begitu mudah.

"Yah, kasihan yang udah terlanjur mutusin pacarnya buat fokus UN".

"Bimbinganku rasanya hampa selama ini".

"Uangku lari sendiri".

"Lebih sakit dari pada diputusin pacar".

Banyak komentar-komentar lucu dari teman-teman saya. Banyak sekali yang senang mendengar UN dihapus, tapi tidak sedikit juga yang sedikit merungut mendengar berita itu. Terutama siswa yang notabenenya kutu buku dikelasnya termasuk saya. Siswa yang ujian belom dimulai udah pasang tembok di mejanya, waktu kurang 5 menit baru ngumpulin, nggak berani nunjukkin giginya kalo dapet nilai bagus, tapi malah senyum kalo nilainya jelek. Memang itu kejujuran yang perlu untuk diterapkan untuk semua orang. Tapi, sedikit lucu gak sih kalo di inget lagi? Temen-temen pada sampe ngatain kalo saya ini pelit, tapi saya masih kukuh nggak mau kasih mereka contekan.

Walaupun begitu, mereka di sisi lain menghargai keputusan saya untuk tidak memberi contekan. Ini sudah saya lakukan semenjak Mama saya pesen waktu saya masih TK. "Bisa atau nggak bisa kerjain sendiri ndok biar kamu tau kemampuanmu". Akhirnya, saya kebiasaan nggak pernah nyontek sampai SMA. Ya pernah sih, cuman beberapa kali itu pun kalau beneran gak bisa.

Kita tidak tahu apa yang sedang menunggu di depan sana. walaupun tidak tergambar dengan jelas, setidaknya kalian capai dengan cara yang baik. Sesuatu kalau niatnya untuk mencari ilmu memang tidak ada yang sia-sia sebenarnya. Termasuk uang yang kalian keluarkan untuk mempersiapkan UN yang dihapus. Jadi, tidak usah khawatir lebih baik mari kita tertawa bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline