Lihat ke Halaman Asli

Desi Sommaliagustina

Dosen Ilmu Hukum Universitas Dharma Andalas, Padang

Desa Tanah Merah, Nasibmu di Ujung Tanduk?

Diperbarui: 9 Juli 2024   02:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di atas tanah merah yang membentang luas,
Terbentang kisah pilu, penuh rasa kalut.
Desa Tanah Merah, kini di ujung tanduk,
Terancam ingkar janji, masa depan yang remang.

Dulu, desamu ramai dan asri,
Penuh tawa, damai, dan keceriaan abadi.
Warga bersatu, bahu membahu,
Membangun desa, penuh harap dan mimpi.

Namun, kini semua sirna ditelan waktu,
Janji-janji manis, bagai embun di pagi hari.
Tanah merahmu digali, kekayaan dirampas,
Meninggalkan luka, dan nestapa yang tak terperi.

Suara-suara kecil dibungkam paksa,
Penindasan dan ketakutan, menyelimuti jiwa.
Di mana keadilan, di mana janji yang terucap?
Hanya keputusasaan, yang kini menyapa.

Desa Tanah Merah, oh Tanah Merah,
Masa depanmu kini abu-abu, tak menentu arah.
Akankah engkau bangkit dari keterpurukan?
Atau selamanya terkubur dalam kesedihan?

Masyarakat bersatu, bergandengan tangan,
Melawan ketidakadilan, demi masa depan yang cerah.
Suara-suara kecil, kini menggema kuat,
Menuntut haknya, takkan pernah mengalah.

Pemerintah, dengarkanlah jeritan rakyat,
Penuhi janjimu, tegakkan keadilan yang hakiki.
Jaga kelestarian alam, demi masa depan,
Bersama-sama, bangunlah Tanah Merah yang lestari.

Tanah Merah, jangan pernah menyerah,
Semangatmu kuat, kobaran apimu tak padam.
Bersama kita perjuangkan, masa depan yang cerah,
Di mana keadilan dan kesejahteraan, menjadi nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline