Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Kurang Menghargai Uang Recehan

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

:P

Di Indonesia, uang recehan (uang bernilai kecil yang kebanyakan berbentuk koin) memang dianggap (seperti) tidak ada nilainya. Supermarket lebih suka mengganti uang receh kembalian dengan permen daripada menyediakan uang recehan pada laci kasir. Bukan hanya di supermarket, bahkan di warung-warung kecil juga begitu. Ketika di Jakarta, saya pernah dicemberuti kondektur bus dan supir angkot gara-gara membayar ongkos dengan uang recehan koin. Bahkan pernah salah satu teman saya membayar ongkos bus dengan recehan koin, lalu kondektur bus meleparkan koin-koin tersebut di depan teman saya. Sungguh keterlaluan! Hal ini berbeda dengan apa yang saya alami di luar negeri. Tak perlu jauh-jauh, ambil contoh negara terdekat, Singapura. Masyarakat Singapura menganggap uang sekecil apa pun tetap penting. Di sana tak ada supermarket yang memberikan kembalian berupa permen. Uang recehan berbagai pecahan selalu tersedia di kasir. Uang recehan terbesar di Singapura adalah uang koin $1 dan yang terkecil adalah 5 sen. Kemarin saya berbelanja di salah satu supermarket dekat tempat tinggal saya. Saat antri di kasir, saya melihat orang di depan saya berbelanja sejumlah $80 dan membayarnya dengan uang koin semua! Persis seperti orang yang baru memecahkan celengan. Dia tidak malu membawa sekatung uang koin untuk membayar. Saya lihat wajah si kasir tidak keberatan sama sekali meskipun harus ribet menghitung uang-uang koin yang banyak itu. Orang-orang yang mengantri di kasir pun tidak menampakkan muka kesal karena harus menunggu agak lama saat kasir menghitung koin-koin tersebut. Mereka santai-santai saja. Ada yang mau coba di Indonesia?? Siap-siap dimaki Mbak kasir ya! Contoh lain yang bisa dilihat adalah taksi. Supir taksi di Singapura tetap memberikan kembalian pada penumpang meski cuma 5 sen. Di Indonesia, kita sudah biasa tidak mendapatkan kembalian 100-1000 rupiah dari supir taksi. Terkadang bukan karena si supir taksi tidak ada recehan, tapi si penumpang lah yang tidak mau dikembalikan karena merasa tidak suka mendapat uang recehan. Ketika saya berada di Perancis, saya juga sering melakukan transaksi dengan uang recehan koin. Saya jadi berpikir, mengapa di Indonesia uang recehan dianggap tidak penting? Mengapa kebanyakan orang Indonesia malas memegang atau menyimpan uang recehan? Apakah karena orang Indonesia merasa sudah kaya?? Lihatlah, di Indonesia kita biasa membeli sesuatu dengan harga yang dibulatkan ke atas dengan alasan tidak ada recehan. Bukankah itu berarti kita membeli sesuatu dengan harga yang lebih mahal? Jika kita tidak keberatan dengan hal ini, berarti kita memang merasa kaya! Alhamdulillah… 

:P

[caption id="attachment_290034" align="aligncenter" width="400" caption="(Foto pribadi)"]

1389671851216965853

[/caption] Alangkah baiknya jika saat ini kita mulai menghargai uang kecil. Masa sih uang receh di Indonesia cuma buat kerokan??

:D

Recehan adalah uang juga, kita mendapatkannya dengan susah payah, bukan jatuh dari langit. Tidak perlu gengsi menggunakan uang recehan. Walaupun nilai uang tersebut kecil namun sama pentingnya dengan uang bernilai besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline