Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Ngeneng Uwen (Minta Hujan)

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

NTB (Nusa Tenggara Barat) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki musim kemarau relative lebih panjang dari musim penghujan. KSB (Kabupaten Sumbawa Barat) merupakan salah satu kabupaten yang ada di NTB yang terdiri dari beberapa Kecamatan salah satunya adalah Kecamatan Sekongkang.

Mata pencaharian masyarakat Sekongkang yaitu sebagai petani, sudah menjadi kebiasaan setiap tahun petani bercocok tanam. Adapun tanaman yang di budidayakan yaitu tanaman pangan seperti padi. Dalam satu tahun para petani menanam padi dalam dua periode yaitu awal musim hujan dan akhir musim hujan. Tidak adanya masalah pada penanaman periode awal karena hujan sedang dalam puncaknya, yang menjadi permasalahannya adalah penanaman pada periode kedua karena musim kemarau akan tiba.

Pada periode kedua itulah yang menyebabkan para petani menghadapi masalah dengan pengairan untuk sawah mereka karena kekeringan. Adanya masalah tersebut yang membuat lahirnya tradisi di Masyarakat sekongkang, tradisi tersebut dinamakan Ngeneng Uwen atau dalam bahasa Indonesia disebut Minta Hujan. Masyarakat sekongkang mengatasi masalah yang dihadapi dengan melakukan tradisi Ngeneng Uwen tersebut.

Tradisi Ngeneng Uwen adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Sekongkang untuk meminta hujan atau berdoa agar hujan turun kepada Tuhan. Tradisi tersebut merupakan tradisi yang sudah ada sejak nenek moyang mereka pada dahulu kala.

Tradisi ini dilakukan pada saat musim kemarau berkepanjangan sementara mereka memerlukan air untuk menyuburkan tanaman padi mereka. Mereka melakukan tradisi Ngeneng Uwen yang dimana upacara tersebut dilakukan di salah satu Pantai yang ada di sekongkang yaitu Pantai Rantung, tidak semua masyarakat Sekongkang ikut melakukan tradisi tersebut karena sebagian masyrakatnya menunggu di jalan raya sekongkang.

Mulai dari anak-anak hingga orang tua mengikuti tradisi Ngeneng Uwen, tak lupa juga mereka membawa perlengkapan yang akan dipakai untuk upacara tersebut. Biasanya tradisi tersebut dilakukan pada hari minggu dan diumumkan sehari sebelum hari H, tentunya ini menjadi persiapan bagi mereka untuk mempersiapkan apa saja yang akan mereka bawa.

Hal yang pertama mereka lakukan setelah tiba di pantai adalah mengambil air wudhu, biasanya sebagian ada yang sudah melakukannya dirumah dan ada juga yang mengambil air wudhu di Pantai. Setelah itu mereka melakukan SembahYang (shalat) bersama di pantai yang disebut SembahYang Ngeneng Uwen, setelah selesai dilanjutkan dengan Doa bersama agar apa yang mereka minta agar dapat dikabulkan oleh Tuhan. Selanjutnya mereka makan bersama dipantai dengan perlengkapan atau menu yang telah mereka bawa, biasanya ada salah satu yang menyumbangkan seeokor kambing atau ayam untuk di sembelih dan dimasak untuk dimakan bersama di pantai.

Biasanya sambil menunggu hidangan, anak-anak yang mengikuti tradisi tersebut lebih memilih berenang atau mandi di pantai untuk menghilangkan kebosannya menunggu untuk makan. Setelah mereka mereka makan upacara di pantai tersebut juga selesai namun yang paling menarik perhatian belum dimulai sebab sebagian masyarakat sekongkang telah menunggu di sepanjang jalan raya sekongkang untuk melanjutkan upacara yang terakhir dari tradisi Ngeneng Uwen tersebut.

Beramai-ramai sebagian masyarakat pulang dari pantai dan beramai-ramai pula masyarakat yang menunggu di rumah mereka menanti kedatangan orang-orang dipantai. Sekitar 2 KM jarak antara pantai dengan rumah mereka, biasanya mereka menggunakan sepeda motor untuk bisa sampai pantai dan pulang kerumah. Diperjalanan pulang ketika tiba di rumah mereka tidak disangka-sangka hujanpun turun dengan lebatnya seperti menuangkan air dari ember besar atau menggunakan selang air yang besar. Dengan kagetnya mengetahui bahwa hujan tersebut bukanlah hujan yang sebenarnya tetapi hujan buatan seperti di film-film hanya saja lebih lebat dari biasanya.

Ternyata upacara dari tradisi tersebut yang paling trakhir yaitu acara berbaris disepanjang jalan desa Sekongkang dengan memegang ember, selang, botol atau apapun yang dapat menampung air untuk memberikan hujan bagi semua orang yang lewat jalan raya sekongkang tersebut. Semua orang yang pulang dari pantai serta siapapun yang melewati jalan tersebut, tidak terkecuali baik itu warga setempat, pendatang, polisi, guru, DPR atau siapapun akan menerima hujan yang deras dari masyarakat setempat. Mereka menyiapkan air untuk disiramkan kepada setiap orang yang lewat dijalan tersebut.

Cukup dibayangkan bagi pengguna sepeda motor yang akan disiram oleh banyak warga dari ujung jalan hingga ujung jalan berikutnya di Sekongkang, tentu saja seperti mandi menggunakan pakaian semua basah pakaian, motor, apapun yang dibawa akan basah, polisipun akan disiram sampai basah kuyup oleh mereka terkecuali apabila ada yang membawa anak bayi atau anak kecil tidak akan disiram.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline