"Jangan putus asa. Kita sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Segala sesuatu yang saat ini rasanya tidak mungkin, bisa saja kelak akan terjadi..." - Khadija Veenhoven.
Perjalanan hidup akan membawa sebuah cerita yang tidak akan pernah terlupakan. Di mana suatu cerita masa lalu akan menjadi pembelajaran dan kenangan yang tidak akan pernah hilang.
Begitu pula dengan kehidupan yang dijalani oleh Nico, Khadija, dan Mala di dalam novel Merindu Cahaya de Amstel. Novel ini merupakan karya dari Arumi E, seorang lulusan Arsitektur yang gemar menulis.
Merindu Cahaya de Amstel dilatarbelakangi dengan sebuah cerita yang berada di Benua Eropa, tepatnya Belanda.
Novel yang berjumlah 272 halaman ini terinspirasi dari kisah nyata. Negeri Kincir Angin akan menjadi saksi perjalanan hidup di antara Nico, Khadija, dan Mala.
Pertemuan yang tidak terduga di antara laki-laki keturunan Belanda-Indonesia dengan gadis Belanda, dan gadis Indonesia. Kolaborasi yang menciptakan perpaduan yang sempurna.
Nicolaas van Dijk merupakan mahasiswa jurusan Arsitektur. Selain itu, Nico juga menggeluti dunia fotografer.
Nico memiliki garis keturunan Belanda-Indonesia. Papanya bernama Thomas van Dijk yang merupakan orang Belanda asli dan mamanya bernama Kamaratih yang merupakan orang Indonesia asli.
Berkat kamera DSLR kesayangan yang selalu berada digenggamannya, mengantarkan Nico untuk berkenalan dengan seorang gadis Belanda bernama Khadija/Marien.
Khadija tanpa sengaja masuk ke dalam objek foto Nico ketika mengunjungi Museumplein dan Nico pun terpesona dengan gadis tersebut. Rasa penasaran yang semakin mengusik Nico.