Media sosial, suatu jembatan untuk menembus ke dalam peradaban dunia maya yang konon katanya begitu dekat dan akrab, bagaikan sahabat. Akan tetapi, apakah "media sosial" mampu menciptakan suatu persahabatan, terlebih bila pemeran utama di dalam peradaban ini adalah "anak-anak"?
Perkembangan teknologi yang berevolusi dengan begitu pesat, mampu menciptakan suatu ruang pertemuan dengan lebih cepat, salah satunya dengan tercipta sebuah peradaban baru yakni dunia maya.
Akses yang paling mudah untuk menyusuri peradaban dunia maya adalah dengan melalui perantara media sosial, yang bisa diakses oleh siapa saja tanpa memandang usia.
Meskipun demikian, ada sebagian besar media sosial yang tetap memberikan batasan terhadap ruang gerak tertentu, terkhusus bagi anak-anak, ketika akan menjadi salah satu penghuninya.
"Apakah Anda berusia di atas 13 tahun?" misalnya. Kenapa pertanyaan tersebut muncul ketika akan mendaftar pada suatu media sosial?
Anak-anak yang masih berada di bawah umur tidak boleh mengonsumsi "suatu konten tertentu" yang kemungkinan bisa hadir pada timeline media sosial miliknya nanti. Hal ini dilakukan untuk mempersempit ruang lingkupnya.
Bahkan, ada pula media sosial yang tidak memberikan ruang sama sekali bagi anak-anak ketika akan mendaftar, apabila anak tersebut berada di usia yang masih jauh dari ketentuan.
Namun, tidak menutup kemungkinan tetap akan ada yang memanipulasikan usia, ketika akan mendaftar menjadi salah satu penghuni dunia maya. Kan tidak ada yang tahu akan hal ini.
Misalnya, media sosial A menerapkan batasan usia di atas 13 tahun, namun anak tersebut masih berada di bawah usia tersebut dan mencoba mengganti tahun kelahirannya, agar bisa lolos menjadi salah satu penghuni di dalam peradaban dunia maya.