Strict parents, yang konon katanya selalu berkaitan dengan sebuah "peraturan horor" bagi objek sasarannya. Benarkah persepsi demikian bisa terjadi?
Setiap insan yang hidup di dunia ini pastinya memiliki berbagai macam peraturan. Semua peraturan yang ada pun disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Salah satunya, peraturan yang dibuat oleh orang tua kepada anaknya dan ini sangat wajar bila diterapkan.
Peraturan yang ada pun disesuaikan dengan fase pertumbuhan dari sang anak, yang dimulai fase bayi (newborn, infant, toddler), fase kanak-kanak awal, fase kanak-kanak tengah dan akhir, hingga menyentuh fase remaja.
Untuk memfokuskan sebuah peraturan pada artikel ini, dipusatkan pada fase pertumbuhan di masa remaja yang sering dihiasi dengan berbagai macam peraturan yang tidak tertulis namun harus dipatuhi oleh sang anak, seperti:
- "Pulang sekolah langsung pulang, nggak ada acara mampir-mampir ke tempat lain, oke?"
- "Nggak ada istilah pacaran, fokus sekolah dulu, belajar yang baik, semua itu demi masa depanmu, ingat pesan mama."
Dua contoh ilustrasi di atas merupakan salah satu bentuk pernyataan dalam balutan sebuah peraturan yang diciptakan oleh orangtua dan harus diterapkan oleh sang anak.
Dan apabila diperhatikan, peraturan tersebut sudah berada di lingkaran strict parents. Benarkah demikian?
Dilansir dari sehatq.com bahwa strict parents merupakan orangtua yang menempatkan standar tinggi dan suka menuntut anak. Orangtua yang menganut gaya pengasuhan ini dapat bersifat otoritatif atau otoriter.
Ada berbagai macam persepsi yang dimunculkan terkait strict parents ini dan persepsi yang dihadirkan pun cenderung ke arah yang lebih negatif.