Untuk menuju bangsa yang mandiri dan berdaya saing tinggi diperlukan pembangunan pendidikan dibidang Sumber Daya Manusia. Hal tersebut dapat diukur dengan kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu bangsa. Rendah atau tingginya kualitas SDM tidak terlepas dari adanya pendidikan dan kesehatan.
Akan tetapi, pendidikan dan kesehatan yang menjadi kekuatan anak bangsa agara menjadi SDM yang berkualitas masih menjadi tantangan yang belum terealisasikan dengan baik. Dilansir dari Indek Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia, masih banyak SDM di Indonesia yang belum mendapakan akses pendidikan dan akses kesehatan karena adanya sarana dan prasarana yang kurang memadai terutama di daerah-daerah yang sulit terjangkau seperti daerah 3T(Terluar, Terbelakang, dan Terpencil).
Secara hierarki, kekuatan bangsa terletak pada investasi anak bangsa dibidang pendidikan dan kesehatan. Dengan mencerdaskan anak, maka cerdas pula bangsa ini karena yang menjadi titik tumpu ada di kedua bidang tersebut. Untuk menjadi bangsa yang cerdas diperlukan suatu prasarat atau condisio sine qua non yang artinya bangsa Indonesia ini harus menjadi bangsa yang merdeka. Walaupun bangsa kita sudah merdeka 71 tahun yang lalu, namun secara fundamental belum semuanya merdeka. Seperti dibidang politik, ekonomi, birokrasi, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Sesuai yang diamanatkan di dalam Undang-Undang 1945 yang termuat dalam alinea ke – 4 salah satu tujuannya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada dewasa ini, di era zaman peradaban teknologi yang kian meroket atau meluncur tanpa batasa dan akan terpojok apabila tidak di filter dengan baik. Untuk itu, tak heran apabila banyak anak-anak zaman sekarang mengalami perlakuan-perlakuan yang membuat jiwa psikologis mereka terganggu seperti pelecehan seksual, dan lain sebagainya. Hal tersebut disadari maupun tidak disadari, kita akan terus menjadi korban atas kebiadaban zaman yang serba-serbi ini jika tanpa didasari pedoman yang kuat. Akibat dari adanya hal tersebut, krisis moral pun tak dapat terelakkan di negari ini.
Pada dasanya, anak sebagai aset bangsa yang harus tumbuh dengan baik sehingga suatu saat nantinya dapat menjadi pemutus rantai lingkaran setan. Rantai lingkaran setan yang dimaksud adalah kemiskinan. Sebagai pemutus tentunya bukan hanya untuk dirinya, keluarganya dan juga pertumbuhan ekonomi negaranya. Agar semua itu tercipta, maka dilakukan berbagai perubahan yang dapat membentuk jiwa nasionalisme anak terhadap pendidikan.
Oleh sebab itu, kuncinya ada di pendidikan. Dengan pendidikan alternatif agar dapat membentuk karakter anak sesuai dengan yang diharapkan oleh orangtua, pendidikan maupun lingkungan masyarakatnya. Dalam merencanakan pendidikan anak tersebut, langkah pertama yang harus dibangun adalah:
1. Lingkungan keluarga
Dibangun dari lingkungan keluarga dengan fondasi berupa perencanaan pada biaya pendidikan, yang mana orangtua harus menyiapkan dana pendidikan untuk anaknya sukses. Menurut Vineet Vohra, Regional Head of Wealth Development HSBC di Asia-Pasific “Pendidikan anak-anak merupakan prioritas bagi para orang tua di Asia yang mengharapkan masa depan yang positif bagi anak-anaknya. Tentu dalam hal ini berkaitan erat dengan perencanaan biaya pendidikan
2. Lingkungan sekolah
- Mengubah beberapa konsep dan praktek untuk mengimplementasikan pada setiap individunya
- Membentuk peran orang tua di dalam pendidikan anak
- Menerapkan implementasi baik untuk pendidikan yang memungkinkan pendidikan dapat menghalangi bagi anak-anak
- Meningkatkan pelayanan di pendidikan anak
Oleh sebab itu, dengan perencanaan pendidikan untuk anak dengan matang dan fleksibel, pendidikan anak sebagai aset utama bukan hanya di dalam keluarga, lingkungan akan tetapi juga akan menjadi kekuatan bangsa yang mampu menumbuhkembangkan kecerdasan bangsanya sendiri. Karena dengan pendidikan sebagai juru kunci untuk masa depan anak yang sangat di idamkan oleh orang tuanya.
Selain daripada itu, investasi anak dibidang pendidikan ini sebagai pemicu putusnya rantai lingkaran setan. Karena, hanya dengan pendidikan yang mampu memutuskan rantai kemiskinan tersebut. Memiliki SDM yang berkualitas maka dapat meningkatakan produktivitas yang tinggi, pendapan perkapita tinggi, sehingga selisih daripada pendapatan yang tinggi tersebut dapat untuk ditabung atau pun diinvestasikan.