Lihat ke Halaman Asli

Pengelolaan Energi Terbarukan Sebagai Paradigma Baru dalam Kemandirian Energi Indonesia Di Era Globalisasi

Diperbarui: 31 Desember 2015   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sudah saatnya Indonesia memiliki paradigma baru, dan meninggalkan paradigma lama. Mengapa diperlukan paradigma baru di suatu bangsa? Apakah paradigma lama tidak menjadikan resolusi yang diharapkan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu kita ketahui apa itu paradigma baru. Di era globalisasi saat ini, dikenal sebuah paradigma baru yaitu paradigma Tekno Ekonomi (Techno-Economy Paradigm), yang menyakini bahwa teknologi merupakan kontributor signifikan dalam peningkatan kualitas hidup suatu bangsa.

Oleh sebab itu, paradigma ini membawa implikasi yaitu terjadinya pergeseran perekonomian dunia yang semula berbasiskan pada sumber daya ekonomi (Resource Based Economy) menuju perekonomian yang berbasiskan pengetahuan (Knowledge Based Economy/KBE), dan teknologi juga merupakan kunci utama demi tercapainya KBE.

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka membangun peradaban bangsa sesuai yang terlampir dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 secara tegas menyatakan bahwa isu strategi pembangunan IPTEK 2015-2019 adalah peningkatan kapasitas iptek berupa: (1) kemampuan memberikan sumbangan nyata bagi daya saing sektor produksi, (2) keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam, dan (3) penyiapan masyarakat Indonesia menyongsong kehidupan global yang maju dan modern.

Lebih lanjut disebutkan pula bahwa penyelenggaraan riset difokuskan pada bidang-bidang yang diamanatkan RPJPN 2005-2025 yaitu: (1) pangan dan pertanian; (2) energi, energi baru dan terbarukan; (3) kesehatan dan obat; (4) transportasi; (5) telekomunikasi, informasi, dan komunikasi (TIK); (6) teknologi pertahanan dan keamanan; dan (7) material maju.

Dalam pelaksanaan pembangunan nasional, yang diwujudkan dalam visi pembangunan diatas atau yang dikenal dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), dimana RPJPN yang bernotabenekan membangun energi, energi baru dan terbarukan tersebut harus diakselerasi dengan memperhatikan kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang.

Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan energi yang berkelanjutan tersebut, BUMN seperti Pertamina memiliki peran penting sebagai perusahaan penyedia energi dan pilar pendukung perekonomian nasional.

Pilar yang difokuskan oleh Pertamina dalam mengimplementasikan perekonomian nasional terdiri dari 5 Prioritas Strategis. Pertama, yakni pengembangan sektro hulu dimana Pertamina melakukan pengembangan, ekspansi, maupun akuisisi blok-blok migas baik di dalam maupun di luar negeri. Ekspansi Pertamina di luar negeri antara lain di Malaysia, Irak, dan Aljazair. Sedangkan di dalam negeri Pertamina mengambil alih blok NSO & NSB di 2015 dan blok Mahakam mulai 2018.

Perusahaan pelat merah itu pun menjalankan enam proyek prioritas hulu, seperti proyek pengembangan Banyu Urip, Donggi Senoro LNG plant, Matindok Gas Development, WMO POD Integrasi 1, Senoro Gas Development, serta proyek Ulubelu unit 3 & 4. Kedua, Pertamina melakukan efisiensi di semua lini, yakni melakukan sentralisasi procurement dan pembenahan tata kelola arus minyak. Ketiga, peningkatan kapasitas kilang dan pertrokimia melalui proyek refinery development masterplan program (RDMP), pembangunan kilang baru (grass root refinery), dan revitalisasi serta integrasi kilang swasta.

Keempat, melakukan pembangunan infrastruktur dan marketing, antara lain peningkatan kapasitas storage dan terminal, pengembangan jaringan SPBU dan pemasaran bertaraf internasional, pengembangan infrastruktur penerimaan dan regasifikasi LNG serta SPBG, pembangunan pipa transmisi gas sepanjang 2.900 km hingga 2018, marketing operation excellence, dan go international. Kelima, perbaikan struktur keuangan.

Berdasarkan data Pertamina, bahwa Pertamina memiliki proyek prioritas hingga September 2016, dengan total ada 11 proyek yang sedang dan telah dijalankan. Proyek tersebut yakni:

  1. Senoro Toili dengan progres fisik 100 persen dan target onstream Juli 2015
  2. PLTP Kamojang 5 dengan progres fisik 100 persen dan target onstream kuartal II-2015
  3. DS LNG dengan progres fisik 100 persen dan target onstream Agustus 2015
  4. Banyu Urip dengan progres fisik 100 persen dan target onstream kuartal IV-2015
  5. RFCC dengan progres fisik 100 persen dan target onstream kuartal IV-2015
  6. Pengembangan Gas Matindok dengan progres fisik 79,92 persen dan target onstream Desember 2015
  7. Muara Tawar-Tegal Gede dengan progres fisik 53,54 persen dan target onstream Januari 2016
  8. TBBM Pulau Sambu dengan progres fisik 70,99 persen dan target onstream Februari 2016
  9. Semarang-Gresik dengan progres fisik 61,36 persen dan target onstream Juli 2016
  10. Ulubelu 3 & 4 dengan progres fisik 56,64 persen dan target onstream Agustus 2016
  11. WMO integrasi dengan progres fisik 32,37 persen dan target onstream September 2016

Begitu banyak prestasi yang telah diraih oleh Pertamina dalam memenuhi kebutuhan energi di seluruh pelosok Indonesia baik itu mengeksplorasi, mengolah dan mendistribusikannya ke masyarakat-masyarakat dalam kurun waktu ke 58 tahun ini. Energi sangat dibutuhkan dan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Dalam era abad ke 21 ini, Pertamina berpegang teguh untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan yang bersih dan berkelanjutan, untuk menghadapi tantangan terkini, masa depan yang lebih baik. Mengamankan energi bangsa Indonesia demi masa depan dengan cara mendapatkan sumber daya energi yang stabil dan berkecukupan dengan harga yang terjangkau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline